Faktor Penyebab Ekstrimisme Beragama Menurut Mantan Rektor Al Azhar Mesir

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Ekstremisme bisa menjangkiti siapapun tanpa pandang bulu

ADVERTISEMENTS

JAKARTA- Di tengah gelombang keekstreman yang datang silih berganti, Universitas Al Azhar Mesir pernah menggelar muktamar internasional pada 2014 lalu. 

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS


Muktamar ini mengundang para ulama, pemikir, dan pemuka mazhab keagamaan untuk berdiskusi dan bermusyawarah terkait masalah radikalisme dan terorisme.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS


Muktamar tersebut telah melahirkan makalah-makalah ilimiah yang berisi pelusuran berbagai pemahaman keliru dan penjelasan mengenai sejumlah pernyataan ambigu yang oleh para pendukung pemikiran menyeleweng dijadikan sebagai kendaraan untuk membenarkan segala sesuatu yang mereka lakukan berupa tindakan-tindakan kriminal yang keji.

ADVERTISEMENTS


Buku berjudul “Islam, Negara, dan Ekstremisme” karya Imam Akbar Ahmad al-Tayyeb dkk ini merupakan edisi bahasa Indonesia dari makalah-makalah yang disampaikan dalam muktamar internasional tersebut. 

ADVERTISEMENTS


Para tokoh ulama dalam buku buku ini berupaya meluruskan kesalahpahaman mengenai beberapa konsep yang kerap dijadikan sandaran oleh kaum ekstremis, seperti khilafah, hakimiah, takfir, jahiliah, dan jihad.

ADVERTISEMENTS


Meskipun muktamar tersebut digelar pada tujuh tahun lalu, tetapi isu-isu yang dibicarakan masih sangat relevan untuk disebarluaskan. Apalagi, Indonesia hingga saat ini juga masih gencar memerangi masalah terorisme dan radikalisme berbasis agama.

ADVETISEMENTS


Dalam buku ini mantan Rektor Universitas al-Azhar Mesir, Abdul Hayyi ‘Izb Abdul ‘Al menjelaskan tentang sebab-sebab terjadinya sikap ekstrem dan berlebih-lebihan.


Sebab pertama adalah adanya pemahaman yang salah terhadap ayat-ayat Alquran, hadits nabi dan kitab-kitab klasik.


Kedua, sikap ekstrem muncul lantaran menafsirkan teks-teks keagamaan berdasarkan hawa nafsu (selera pribadi), dan jauh dari pemahaman yang benar terhadap agama yang bertolak dari prinsip-prinsip menjaga urusan-urusan agama dan dunia secara bersamaan.


Ketiga, memasukkan agama secara paksa ke dalam aliran-aliran politik yang beraneka ragam, dan sembunyi di balik jargon-jargon keagamaan untuk mempengaruhi manusia dan menarik simpati mereka.


Sebab keempat, kurangnya pendekatan kepada kawula muda, para dai kehilangan bahasa untuk mempengaruhi. Kelima, membiarkan ruang luas kepada para dai tendensius di stasiun-stasiun televisi satelit, terutama pada beberapa waktu yang telah lalu.


Sekurang-kurangnya ada 12 penyebab terjadinya sikap ektrem yang diungkapkan Abdul Hayyi ‘Izb Abdul ‘Al dalam buku ini. Hal ini dapat membuka mata para pembaca untuk mencegah pemikiran-pemikiran dari kelompok ekstremis di Indonesia.    

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version