Senin, 03/06/2024 - 13:01 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Zulhas Optimistis Harga Telur Turun Kurang dari Dua Pekan

Mendag Zulkifli Hasan optimistis harga telur bisa turun dalam dua pekan ini.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni 2024

JAKARTA — Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan memastikan kenaikan harga telur ayam ras saat ini tak berlangsung lama. Ia mengatakan, lonjakan harga telur ayam dipastikan bakal turun kurang dari dua pekan.

ADVERTISEMENTS
Selamat Menunaikan Ibadah Haji bagi Para Calon Jamaah Haji Provinsi Aceh


“Kita sudah undang pelaku di sektor ini, mereka ke saya meyakinkan ini hanya temporer tidak sampai dua pekan,” kata Zulhas, sapaan akrabnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR, Selasa (30/8/2022).

ADVERTISEMENTS
ActionLink Hadir Lebih dekat dengan Anda


Zulhas menjelaskan, harga normal telur ayam di konsumen saat ini naik menjadi sekitar Rp 27 ribu per kg hingga Rp 29 ribu per kg. Itu lantaran biaya produksi dari peternak yang sudah menyentuh kisaran Rp 24 ribu per kg.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses kepada Pemerintah Aceh


Adapun saat ini, rata-rata harga telur ayam ras di wilayah Ibu Kota Jakarta sekitar Rp 30.500 per kg. Sementara di wilayah Jawa masih di kisaran Rp 30 ribu dengan harga terendah Rp 28 ribu di Jawa Timur. Adapun di Sumatra, ia mengklaim harga sudah melandai ke bawah Rp 30 ribu per kg.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak
Berita Lainnya:
Ketum PAN Sebut Eko Patrio Sebagai Calon Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran


Namun khusus di kawasan timur seperti Papua dan Maluku masih cukup tinggi di atas Rp 30 ribu per kg. “Stabilisasi harga dan pasokan bahan pokok sebagain besar harga per 26 Agustus 2022 sudah turun signifikan kecuali telur ayam dan terigu yang naik sedikit,” kata Zulhas.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses atas Pelantikan Pejabat di Pemerintah Aceh


Ia pun menegaskan kenaikan harga telur ayam saat ini tidak terlepas dari situasi tekanan bisnis perunggasan yang terjadi sejak tahun lalu. Selama 2021, akibat lonjakan kasus Covid-19 aktivitas masyarakat dibatasi hingga menyebabkan permintaan produk pangan termasuk telur merosot.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan


Alhasil, harga telur anjlok hingga Rp 14 ribu per kg, padahal biaya produksi ketika itu terus meningkat hingga Rp 24 ribu per kg. Mau tak mau, peternak yang kesulitan permodalan mengurangi populasi ayam layer dan membuat produksi merosot hingga saat ini.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
ADVERTISEMENTS


“Jadi waktu itu banyak yang afkir dini, jadi induknya dipotong dan dijadikan ayam potong dampaknya itu ya sekarang,” ujar dia.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Bayar Jalan tol dengan Pencard


Saat ini, ketika mobilitas masyarakat mulai pulih, permintaan terhadap telur ayam ikut mengalami kenaikan. Itu juga tercermin dari industri hotel, restoran, dan katering yang sudah mulai ramai. Kondisi saat ini diyakini berdampak langsung pada tingginya permintaan telur ayam secara nasional.

Berita Lainnya:
Menteri PUPR: Istana Negara di IKN Masuki Fase Pengerjaan Interior


Di sisi lain, bantuan sosial berupa telur ayam yang diberikan kepada masyarakat meningkatkan permintaan di saat populasi ayam layer dan produksi telur belum pulih.


“Mensos (Menteri Sosial) memang tidak beli telur, tapi memberikan bantuan ke daerah, dan oleh daerah dijadikan bantuan bentuk pangan (telur). Itu kesepakatan Mendag dan Mensos dulu karena telur tidak laku,” kata dia.


Anggota Komisi VI DPR, Amin, mengatakan, persoalan naik-turun harga telur bukan masalah sederhana. Ia menuturkan, saat harga anjlok tahun lalu hingga Rp 14 ribu per kg di peternak, banyak peternak ayam layer yang gulung tikar karena merugi.


Saat ini, ketika harga telur naik dan menyentuh Rp 31 ribu per kg di konsumen, para konsumen menjerit. Terutama mereka yang yang berprofesi sebagai pelaku UMKM makanan yang menggunakan telur sebagai bahan baku.


“Ini apa tidak ada kebijakan yang sifatnya sistemik terukur sehingga tidak berulang terus-menerus?” ujarnya.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi