Jumat, 26/04/2024 - 03:33 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Anda Berisiko Kena Serangan Jantung Jika Terus Melakukan Ini

ADVERTISEMENTS

anyak orang tidak menyadari risiko terkena penyakit jantung bersifat kumulatif.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Penyakit jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung, strok, dan pembekuan darah adalah penyebab utama kematian secara global. Di Amerika Serikat (AS) misalnya, satu dari setiap empat pria meninggal karena penyakit jantung. Angka itu bahkan lebih tinggi untuk pria Afrika-Amerika.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Meskipun pada awalnya ada penurunan penyakit jantung akibat kesadaran bahaya merokok dan pengobatan untuk kolesterol tinggi, AS sekarang mengalami peningkatan kematian kardiovaskular karena peningkatan diabetes dan obesitas. Banyak orang tidak menyadari risiko terkena penyakit jantung bersifat kumulatif sepanjang umur seseorang.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Untuk itu, penting mulai mempraktikkan kebiasaan jantung sehat sejak muda. Mengambil langkah-langkah kecil dapat menyebabkan perubahan drastis pada kesehatan jantung dan menambah tahun hidup.

ADVERTISEMENTS


Ada beberapa kebiasaan yang dapat menimbulkan risiko serangan jantung. Apa saja itu? Berikut penjelasannya seperti dilansir laman Eat This Not That, Sabtu (3/9/2022):

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


1. Kolesterol tinggi


Paparan kolesterol tinggi dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah. Usahakan membatasi pola makan pada lemak tak jenuh, serta mengurangi lemak jenuh dan lemak trans. Salah satu cara sederhana melakukannya adalah menggunakan minyak nabati cair (seperti minyak zaitun atau minyak canola) daripada minyak tropis (seperti minyak kelapa) atau lemak hewani (seperti mentega atau lemak babi) dalam masakan.

Berita Lainnya:
Ingin Cegah Lonjakan Kolesterol Saat Hari Raya, Ini Caranya


2. Tekanan darah tinggi


Peningkatan tekanan darah dari waktu ke waktu dapat menebalkan otot jantung. Namun, tidak seperti otot rangka yang menguat saat tumbuh, otot jantung melemah saat tumbuh. Salah satu cara sederhana mencegah tekanan darah tinggi adalah mengurangi asupan garam. Alih-alih menggunakan garam meja untuk membumbui makanan, gunakan bumbu seperti bawang putih atau bubuk bawang merah.


3. Diabetes dan obesitas


Diabetes menggandakan risiko penyakit jantung termasuk strok dan menyebabkan komplikasi lain seperti gagal ginjal, kerusakan saraf, dan kebutaan. Seiring waktu, glukosa darah tinggi akibat diabetes merusak pembuluh darah dan saraf di tubuh. Salah satu cara mudah mengurangi gula tambahan dalam pola makan adalah mengganti minuman dengan gula tambahan seperti jus dan soda dengan air dan seltzer sebagai gantinya.


4. Pola makan tidak sehat: tinggi gula, lemak hewani, makanan olahan, lemak trans, dan garam

Berita Lainnya:
Gejala Penyakit Jantung Bukan Hanya Nyeri Dada, Tandanya Juga Terlihat di Kaki-Jari Kaki


Pola makan Amerika menjadi semakin berat dalam makanan ultra olahan, berkontribusi terhadap munculnya diabetes, dan obesitas. Konsumsi makanan olahan seperti daging makan siang, pizza beku, dan karbohidrat olahan seperti kue dan donat dapat menyebabkan kontrol gula dan kolesterol yang buruk.


Memilih makanan alami seperti buah-buahan dan sayuran, atau bahkan sayuran beku atau kering, adalah alternatif yang lebih baik. Pola makan Mediterania, yang terdiri dari ikan, biji-bijian, kacang-kacangan, dan sayuran telah terbukti mengurangi risiko kardiovaskular.


5. Gaya hidup dan stres


Stres dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan kebiasaan gaya hidup yang buruk seperti makan berlebihan, merokok, dan penurunan aktivitas fisik. Penting untuk memperhatikan tingkat stres dan memasukkan teknik seperti sesi terapi, olahraga, atau meditasi ke dalam rutinitas harian.


6. Kurang olahraga dan gaya hidup sedentary


Jarak sosial dan isolasi sangat penting selama pandemi Covid-19. Itu juga menyebabkan gaya hidup yang tidak banyak bergerak (sedentary). Disarankan untuk berolahraga setidaknya 150 menit per pekan dengan intensitas sedang. Cara sederhana lainnya untuk tetap aktif, termasuk lebih sering berdiri atau menggunakan tangga daripada lift. 


 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi