Selasa, 21/05/2024 - 15:31 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Masih Ada Kasus Anak Muda Bunuh Diri, Ini Cara Mencegahnya

Kasus bunuh diri masih ditemukan pada anak muda.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

JAKARTA — Emotional Health for All Foundation (EHFA), yayasan kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri berbasis riset, menemukan bunuh diri merupakan salah satu isu penting kesehatan publik dunia. Bunuh diri mengakibatkan kematian orang muda terbanyak di berbagai negara.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

EHFA menyebutkan 77 persen bunuh diri terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah seperti di Indonesia, dimana belum ada strategi nasional. Sementara situasi riil bunuh diri masih belum banyak diketahui karena terbatasnya akses terhadap data statistik tersebut.

“Untuk mengembangkan strategi pencegahan bunuh diri secara nasional di Indonesia, kami bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI dan WHO Indonesia sejak 2021, dimana kami menemukan sejumlah data yang cukup mengejutkan,” jelas Ketua EHFA, Dr Sandersan Onie, dalam keterangan pers yang diterima Republika, Sabtu (10/9/2022).

Pengembangan program “Strategi Pencegahan Bunuh Diri Nasional” dimulai pada tahun 2021. Studi komprehensif tentang bunuh diri di Indonesia dilaksanakan, dengan lebih dari 100 jam wawancara mendalam untuk menginvestigasi beragam aspek bunuh diri di Indonesia. “Kami menganalisis data dari pemerintah, termasuk survei desa potensi dan data kepolisian,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Hasil Penelitian

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Kepala BKKBN Soroti Game yang Mengandung Kekerasan Berpotensi Merusak Moral Bangsa

Hasil temuan menunjukkan masih banyak angka bunuh diri yang tidak dilaporkan di setiap negara, dan yang tercatat merupakan angka resmi versus angka perkiraan. Tingkat pelaporan yang kurang sebesar 50 persen menunjukkan bahwa perkiraan tingkat adalah 150 persen dari tingkat resmi. Sementara, rata-rata tingkat laporan yang tidak tercatat adalah antara 0 sampai 50 persen di dunia.

“Namun, ditemukan angka kejadian bunuh diri di Indonesia yang tidak dilaporkan diperkirakan lebih dari 300 persen, atau angka sesungguhnya bisa minimal 4 kali lipat dari yang dilaporkan, dan hal ini merupakan prosentase tertinggi dari jumlah kejadian yang dilaporkan secara nasional di dunia,” ungkapnya.

ADVERTISEMENTS

Ia menjelaskan tingkat laporan yang tidak tercatat karena beragam alasan termasuk perbedaan standar dan sistem pencatatan bunuh diri di rumah sakit. Sementara banyak keluarga masih menyembunyikan kejadian bunuh diri akibat rasa malu dan stigma masyarakat.

ADVERTISEMENTS

Hasil riset menunjukkan provinsi dengan kejadian bunuh diri tertinggi ditemukan di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Maluku Utara dan Kepulauan Riau, sedangkan provinsi dengan tingkat upaya bunuh diri tertinggi ditemukan di Sulawesi Barat, Gorontalo, Bengkulu, Sulawesi Utara dan Kepulauan Riau.

“Untuk setiap kematian akibat bunuh diri, kemungkinan terdapat 8 hingga 24 kali upaya percobaan bunuh diri, dengan penyebab tertinggi diakibatkan oleh tekanan psikologis, penyakit kronis dan masalah keuangan,” jelasnya.

Berita Lainnya:
Dukungan Masyarakat pada Orang Depresi Penting untuk Cegah Bunuh Diri

Dr Sandersan menuturkan faktor risiko bunuh diri termasuk masalah keluarga, masalah keuangan, dan kesepian. “Meski demikian, terdapat sejumlah faktor protektif yang dapat mencegah terjadinya bunuh diri, meliputi komunitas, akses ke perawatan psikologis, serta agama,” tambahnya.

Penelitian menemukan terdapat kelompok-kelompok independen yang juga berperan dalam beberapa upaya pencegahan bunuh diri, namun mayoritas upaya tersebut tidak maksimal, tidak terkoordinasi dan seringkali tidak didasarkan pada penelitian kontekstual yang baik.

Rekomendasi

Tim peneliti merekomendasikan sejumlah langkah meliputi perlunya kebijakan nasional melalui kerjasama dengan institusi terkait, pengentasan moralisasi bunuh diri dari sisi agama dan peningkatan penelitian akademis secara terlatih dan sistemik.

Selain itu, diperlukan pembentukan asosiasi lintas disiplin sebagai pengawasan upaya pencegahan bunuh diri dan melakukan intervensi dengan pembatasan sarana bunuh diri. Mereka juga merekomendasikan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan akademis tentang bunuh diri sebagai upaya pencegahan bunuh diri berdasarkan situasi, kondisi dan kearifan lokal setempat. “Rekomendasi ini dibuat berdasarkan temuan data yang baru,” jelas Dr Sandersan.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi