Benarkah Obat Oles yang Dijual Bebas Malah Bisa Perparah Kulit Kering dan Gatal?

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Banyak orang mengira kulit kering hanya butuh pelembap.

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Dokter spesialis dermatologi dan venereologi Amelia Soebyanto mengatakan masyarakat awam banyak yang menyepelekan kulit kering dan menganggapnya hanya perlu dioleskan pelembap saja. Padahal, pemilihan obat oles yang tidak tepat pun bisa menimbulkan iritasi.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS


 

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS


“Perlu ada diagnosis yang lebih jelas dari dokter spesialis kulit dan kelamin untuk mengetahui tata laksana yang paling tepat untuk menyembuhkan kulit kering,” ujar dr Amelia dalam acara virtual media briefing dengan tema “Jangan Sampai Pruritus dan Kulit Kering Menurunkan Kualitas Hidup Usia Lanjut”, Kamis (3/10/2022).

ADVERTISEMENTS


 

ADVERTISEMENTS


Dr Amelia menjelaskan tata laksana kulit kering dibagi jadi dua, yaitu medikamentosa dan nonmedikamentosa. Secara medikamentosa, dokter bisa memberikan obat minum untuk mengurangi gatal dan peradangan yang timbul.

ADVERTISEMENTS


Antibiotik bisa diberikan bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi. Selain itu, juga ada obat oles untuk membantu mengatasi kekeringan pada kulit.

ADVETISEMENTS


“Dokter pun akan merujuk ke spesialis tertentu jika memiliki penyakit penyerta.”


 


Dr Amelia menyebut penatalaksanaan secara nonmedikamentosa juga tidak kalah pentingnya. Contohnya, dengan memastikan asupan cairan yang cukup, mandi tidak terlalu lama dan terlalu sering, mandi dengan air hangat suam kuku, dan memakai sabun yang lembut.


 


Kulit yang sangat kering dapat menyebabkan retakan atau pecahan yang dalam, yang dapat terbuka dan berdarah, hingga memberikan jalan bagi bakteri untuk masuk dan menyerang tubuh. Selain itu, kulit kering ini juga merupakan penyebab utama terjadinya kulit gatal (pruritus).


 


“Penggunaan obat-obatan yang dijual bebas malah berpotensi membuat keluhan semakin parah dan berisiko menimbulkan infeksi akibat keinginan untuk menggaruk,” ujar dokter yang praktik di Klinik Pramudia ini.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version