Emil Dardak Ingin Guru Terus Upgrade Skill

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Wagub Jatim Emil Dardak menginginkan guru untuk terus meningkatkan skillnya.

ADVERTISEMENTS

SURABAYA — Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengungkapkan beberapa poin yang menurutnya dapat digunakan untuk mengukur kompetensi seorang guru. Di antaranya tujuan, pengambilan keputusan, menginisiasi tindakan, membangun relasi kerja yang positif, pembinaan, pembelajaran berkelanjutan, ketangguhan, dan kematangan etika.

ADVERTISEMENTS


Emil mengatakan, poin-poin tersebut perlu dikembangkan para guru. Meskipun tidak ada pakem untuk memberikan pembelajaran yang menginspirasi. Selain itu, lanjut Emil, meng-upgrade skill merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan oleh semua guru.


“Zaman sudah berubah, tidak ada pakem untuk menjadi guru yang menginspirasi. Tapi jangan sampai guru 20 tahun yang lalu sama dengan yang sekarang. Makanya upgrading skill untuk guru itu mutlak,” kata Emil, Senin (21/11).


Emil melanjutkan, banyak permintaan di lapangan untuk guru mata pelajaran tertentu yang jumlahnya kurang. Ia mencontohkan mata pelajaran rekayasa perangkat lunak atau multimedia. Emil mrlanjutkan, upgrading skill guru juga bisa memfasilitasi relokasi keahlian guru yang sesuai dengan kebutuhan di masyarakat.

ADVERTISEMENTS


Emil mengatakan, untuk dapat mengembangkan kompetensi, seseorang harus dapat mengenali dirinya sendiri. Sebab, kemampuan guru hanya dapat dimaksimalkan dengan gaya pengajaran yang cocok dengan dirinya.

ADVERTISEMENTS


“Saya berani mengatakan tidak ada ada satupun model fix untuk inspiring teaching style. Know yourself. Sebelum menginspirasi ke luar, kenali diri dari dalam,” ujarnya.


Selain itu, Emil menekankan pentingnya kolaborasi dalam membangun ruang belajar yang lebih baik. Ia berpesan agar para guru jangan memikul masalah sendiri-sendiri. Ia memcontohkan untuk berdiskusi dengan guru mata pelajaran lain untuk membangun sebuah strategi.

ADVERTISEMENTS


Emil juga mengingatkan para guru untuk bisa menghindari low class energy. Yaitu model pembelajaran yang hanya berlangsung satu arah dan tidak bisa mempertajam berpikir kritis siswa. Pasalnya, terang Emil, ada satu hal yang menjadi standar sekolah-sekolah terbaik dunia yaitu kebiasaan diskusi para peserta didiknya.

ADVERTISEMENTS

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version