Menkeu: Tekanan Inflasi Global Mulai Berkurang

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Ketidakpastian pasar keuangan global juga dilihat oleh KSSK mulai berkurang.

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, tekanan inflasi global mulai berkurang. Meski masih ada beberapa tantantan yang harus dihadapi.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Beberapa tantangan itu, kata dia, di antaranya harga energi dan harga pangan yang masih tinggi. Lalu berlanjutnya gangguan rantai pasok, serta masih ketatnya pasar tenaga kerja terutama di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

“Sejalan dengan kondisi tersebut, pengetatan kebijakan moneter di negara maju diperkirakan mendekati titik puncaknya. Suku bunga yang masih akan tetap tinggi di sepanjang 2023 ini,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2023, Selasa (31/1/2023).

ADVERTISEMENTS

Ia melanjutkan, ketidakpastian pasar keuangan global juga dilihat oleh KSSK mulai berkurang. Ini berdampak positif bagi banyak negara negara berkembang, terlihat dari meningkatnya aliran modal global serta berkurangnya tekanan perlemahan nilai-nilai tukar dari berbagai negara.

ADVERTISEMENTS

Ke depan, lanjutnya, ekonomi global diperkirakan akan tumbuh lebih lambat akibat fragmentasi geopolitik dan masih adanya risiko resesi kemungkinan terjadinya resesi di AS dan Eropa. “Meski demikian, membaiknya prospek ekonomi di China dengan dilaksanakan penghapusan zero Covid policy diperkirakan akan mengurangi risiko dari terjadinya perlambatan ekonomi global yang lebih dalam,” tutur Sri Mulyani.

ADVERTISEMENTS

Perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di sisi lain, kata dia, terus berlanjut. Itu karena, konsumsi rumah tangga tetap terlihat kuat disertai level inflasi yang memang lebih rendah dari perkirakan awal pada saat terjadinya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

ADVETISEMENTS

Berlanjutnya kinerja positif dari perekonomian Indonesia dicerminkan pada beberapa indikator dini sampai Desember 2022. Beberapa indikator positif dan masih kuat seperti indeks keyakinan konsumen (IKK), indeks penjualan riil (ipr) yang juga memberikan sinyal kuat dan optimis. Sementara, PMI manufaktur masih berada pada tren ekspansi yaitu pada level 50,9.

Kinerja neraca perdagangan juga mencatatkan surplus dengan total surplus pada 2022 mencapai 54,46 miliar dolar AS. “Ini nilai surplus yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia,” ujarnya.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version