Jumat, 26/04/2024 - 12:14 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

IDAI: Kunci Turunkan Stunting dengan Konsumsi Protein Hewani

ADVERTISEMENTS

Menurut Prof Damayanti, tidak semua balita pendek diklasifikasikan sebagai stunting.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Pemerintah menargetkan prevalensi stunting pada 2024 sebesar 14 persen. Adapun angka stunting tahun 2021 masih sebesar 24,4 persen. Sehingga untuk mencapai target tersebut, diperlukan penurunan 2,7 persen setiap tahun.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) dan Ketua Satgas Stunting Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof Damayanti Rusli Sjarif, mengaku, optimistis Indonesia mampu mencapai target selama konsisten menjalankan konsep yang terbukti secara ilmiah (scientifically proven). Menurut dia, hasil penelitian membuktikan zat makanan terpenting untuk mencegah stunting adalah protein.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

“Kunci menurunkan stunting adalah mengonsumsi asam amino esensial lengkap dan cukup yang bersumber dari protein hewani. Penelitian lebih jauh mengungkap bahwa pangan sumber protein hewani mengandung asam amino esensial yang lengkap dan bisa didapatkan dari susu, telur, ikan, ayam dan lainnya,” ucap Damayanti di Jakarta, Sabtu (4/2/2023).

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Siapa Helena Lim, Crazy Rich PIK Tersangka Kasus Timah yang Viral Saat Pandemi Covid-19?

Dia menjelaskan, tidak semua balita pendek itu diklasifikasikan sebagai stunting, melainkan ada yang mengalami kekurangan gizi berulang atau kronis. Banyak hal akan dialami anak jika mengalami kekurangan gizi terus menerus, dimulai dari anak mengalami kenaikan berat badan yang tidak adekuat (memadai) atau dikenal dengan weight faltering.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Contohnya saat bayi berusia 0-3 bulan mengalami kenaikan berat badan kurang 750 gram per bulan, jika tidak dilakukan intervensi segera, lama-kelamaan berat badannya akan berkurang (underweight). Hal itu berakibat penurunan imunitas, mudah terinfeksi penyakit, dan akhirnya mengalami gizi kurang dan gizi buruk, sehingga mempengaruhi pembentukan hormon pertumbuhan.

Damayanti menyinggung, ada dua hal yang bisa menyebabkan anak kekurangan gizi. Pertama, asupan tidak memadai. Hal itu bisa terjadi karena kemiskinan, penelantaran atau ketidaktahuan.

Berita Lainnya:
Paskah, Gereja Katedral Usung Dekorasi Bernuansa Betawi Hingga IKN

“Kedua, misalnya anak sering sakit, sehingga memiliki gangguan makan, atau memang memiliki masalah bayi berat lahir rendah (BBLR), prematuritas, dan kelainan metabolisme bawaan yang harus ditangani dengan pemberian nutrisi khusus atau disebut pangan olahan untuk keperluan medis khusus (PKMK),” jelas Damayanti.

Dia melanjutkan, orang tua memiliki peran penting dalam pencegahan dan penanganan stunting dengan pemenuhan nutrisi berkualitas pada anak. Jika anak telanjur mengalami stunting, sambung dia, bukan berarti tidak ada harapan.

Penelitian Graham McGregor di Jamaica memperlihatkan bahwa pangan lokal ditambah terapi nutrisi susu satu kilogram setiap pekan dilengkapi terapi stimulasi bermain selama 18 bulan pada anak yang mengalami stunting masih dapat mengejar hingga 90 persen potensi kecerdasan yang seharusnya.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi