Ekonom: Sillicon Valley Bank Tutup Jadi Pelajaran Bagi Pemerintah Indonesia

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Ilustrasi foto menunjukkan logo Silicon Valley Bank (SVB) pada perangkat seluler di depan laptop dengan logo Credit Suisse di Washington, DC, AS, Selasa (14/3/2023). Beberapa hari setelah SVB runtuh pada 10 Maret, bank yang berbasis di Swiss bank Credit Suisse melaporkan bahwa mereka menemukan kelemahan material dalam pelaporan keuangannya selama dua tahun terakhir.

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Bangkrutnya Sillicon Valley Bank dapat menjadi pelajaran bagi pemerintah Indonesia. Hal ini disebabkan persepsi dan psikologi pasar akan menentukan volatilitas yang dapat menganggu perekonomian.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Ekonom Senior Indef, Aviliani, mengatakan jika masyarakat memiliki persepsi buruk terhadap perekonomian maka akan menjadi bahaya.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

“Kalau persepsi kita baik dan melakukan kontribusi konsumsi dan investasi seimbang maka krisis tidak ada,” ujarnya saat acara Fortune Indonesia Summit 2023, Rabu (15/3/2023).

ADVERTISEMENTS

Menurutnya saat ini persepsi sistem keuangan Indonesia sudah terjaga secara baik terutama hadirnya UU PPSK.

ADVERTISEMENTS

“Ada perubahan tidak hanya jaga dana masyarakat tapi juga beri solusi jika ada bank bermasalah, akan membantu jaga stabilitas sistem keuangan,” ucapnya.

ADVERTISEMENTS

Di samping itu, pasar keuangan Indonesia akan mendapatkan keuntungan dari bangkrutnya Silicon Valley Bank. Adapun keuntungan yang akan didapatkan Indonesia dalam bentuk aliran modal asing yang lebih besar karena investor mengalihkan dananya ke aset keuangan domestik.

ADVETISEMENTS

“Kebangkrutan SVB, kita akan dapat keuntungan karena ketika suatu negara alami krisis keuangan, maka uangnya akan masuk ke Indonesia,” ucapnya.

Menurutnya ada beberapa indikator yang akan mendorong inflow ke dalam negeri, salah satunya suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-7 Day Reverse Repo Rate berada level 5,75 persen.

“Suku bunga acuan Indonesia masih bagus, dan OJK juga menjaga sistem keuangan jauh lebih bagus dibandingkan negara maju. Ini artinya kita beruntung atas kasus 1998 karena pengawasan jauh lebih baik sektor keuangan,” ucapnya.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version