Jumat, 26/04/2024 - 13:38 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Naturalisasi, Berharap Solusi, tapi (Kerapkali) tanpa Prestasi

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Oleh : Endro Yuwanto/Jurnalis Republika

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Komisi X DPR RI telah menyetujui pemberian kewarganegaraan terhadap tiga pemain sepak bola, Justin Quincy Hubner, Ivar Jenner, dan Rafael William Struick, pada Senin (20/3/2023). Proses naturalisasi tiga pemain keturunan itu diproyeksikan untuk memperkuat skuad Garuda di Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Saat ini, Justin Hubner membela Wolverhampton Wanderers U-21 di Inggris. Adapun Ivar Jenner bermain untuk Jong Utrecht dan Rafael Struick memperkuat ADO Den Haag di Belanda.

ADVERTISEMENTS

Sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, Indonesia tentu tak ingin sekadar numpang lewat pada ajang yang bergulir 20 Mei hingga 11 Juni 2023 nanti. Untuk itu, dibutuhkan pemain mumpuni untuk merumput di kejuaraan dua tahunan bergengsi yang diprakarsai Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) tersebut.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Setelah Justin Quincy Hubner, Ivar Jenner, dan Rafael William Struick, nantinya resmi menjadi warga negara Indonesia (WNI), total jumlah pemain sepak bola naturalisasi sepanjang sejarah sepak Indonesia mencapai 40 orang. Dari jumlah sekitar 40 pemain naturalisasi itu, sebagian besar dari Eropa, utamanya dari Belanda. Ada pula dari benua Amerika, Afrika, dan Asia, tetapi jumlahnya tidak menonjol.

Berita Lainnya:
Di Tengah Gugatan di MK, Kader PPP Minta Muhammad Mardiono Mundur

Pemain pertama yang dinaturalisasi oleh Indonesia adalah Van der Vin. Kiper berdarah Belanda ini dinaturalisasi lewat permintaan PSSI untuk membela timnas Indonesia pada 1950 silam. Setelah itu, timnas Indonesia lebih sering mengandalkan pemain dalam negeri yang kemudian menelurkan berbagai prestasi.

Program naturalisasi pemain mulai gencar dilakukan di era PSSI pimpinan Nurdin Halid pada 2003-2011 hingga kini. Meski terbilang sering menerapkan program naturalisasi, faktanya banyak pemain naturalisasi tak mampu berbuat banyak di timnas Indonesia.

Para pemain tersebut bahkan dicap gagal karena kualitas yang tak sesuai harapan. Bahkan ada yang sama sekali tak membela skuad Garuda setelah dinaturalisasi.

Seperti tak pernah kapok, Indonesia kerapkali menempuh jalan pintas dengan melakukan naturalisasi pemain. Puluhan pemain dari luar negeri dinaturalisasi untuk membela skuad Merah Putih. Tetapi hasilnya tak cukup pantas didapatkan Skuad Garuda.

Jika dirunut agak ke belakang, muara kegagalan timnas Indonesia selama ini sebenarnya bisa dikatakan akibat mutu atau kualitas klub dan kompetisi di Indonesia yang masih jauh dari kata memuaskan. Padahal, sudah menjadi rahasia umum, timnas yang hebat adalah muara kompetisi yang konsisten dan sehat. Indonesia memang masih punya banyak pekerjaan rumah untuk menggelar kompetisi sepak bola, termasuk masalah tidak memiliki kompetisi usia dini.

Berita Lainnya:
Bahkan Bung Towel Pun Memuji Kemenangan Bersejarah Timnas Indonesia Atas Vietnam

Selama ini, ketua umum PSSI yang ada selalu ingin sesuatu yang bersifat instan. Selalu saja ketika memimpin, ketua umum PSSI itu ingin menghasilkan prestasi yang jangka pendek agar masyarakat melihatnya berhasil ketika memimpin PSSI.

Tak heran, cara-cara instan diambil seperti pemain naturalisasi untuk timnas Indonesia, sekalipun para ketua itu paham betul jika langkah tersebut tentu tidak terlalu bagus. Karena itu, semua pihak kini harus sadar, naturalisasi hanya menjadi satu langkah paling ujung atau paling akhir yang dapat diambil dalam rangka transformasi sepak bola di tanah air.

Apalagi, sekali PSSI dan pihak terkait melakukan naturalisasi, sekali itu pula mereka menghilangkan hak anak-anak Indonesia dalam negeri. Langkah-langkah jangka pendek lewat skema naturalisasi memang perlu dievaluasi.

Tak salah jika mengingatkan kembali, sebaiknya PSSI perlu membuat desain besar yang bersifat jangka panjang. Ini supaya transformasi sepak bola bisa berjalan dengan baik dan maksimal, tanpa perlu jalur-jalur instan seperti naturalisasi.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi