Zuhud Harus Hidup Miskin? ini Pandangan Syekh Nawawi al-Banteni

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

 MAKKAH — Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni ulama asal pulau Jawa, tepatnya berasal dari Tanara, Serang, Provinsi Banten. Syekh Nawawi al-Banteni juga pernah menjadi Imam Masjidil Haram di Makkah Al-mukarramah.

ADVERTISEMENTS

Pada Senin (17/7/2023) sore, KH Abuya Ahmad Muhtadi bin Dimyathi al-Bantani bersama para pendampingnya, dan beberapa ulama di antaranya Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftah Faqih mengunjungi makam Syekh Nawawi al-Banteni di pemakaman Ma’la, Makkah.

ADVERTISEMENTS

Kiai Miftah mengingatkan kembali terkait pendapat Syekh Nawawi al-Banteni mengenai zuhud. Menurutnya, Syekh Nawawi al-Banteni sangat arif, pemaknaannya terhadap sesuatu sangat kontekstual dan sangat cocok dengan keadaan hari ini.

“Misalnya mengenai zuhud, menurut Syekh Nawawi, itu zuhud tidak harus miskin, tapi zuhud itu memanfaatkan dunia sesuai dengan kebutuhannya,” kata Kiai Miftah saat ditemui Republika di pemakaman Ma’la, Makkah, Rabu (19/7/2023)

 

ADVERTISEMENTS

Kiai Miftah mengatakan, zuhud di dalam kitab-kitab tasawuf lainnya sering diartikan meningal berhias, meninggalkan kesenangan dan meninggalkan duniawi. Tapi bagi Syekh Nawawi al-Banteni, memaknai zuhud tidak seperti itu.

ADVERTISEMENTS

Menurut Syekh Nawawi al-Banteni, orang yang zuhud tetap memanfaatkan dunia sebatas kebutuhannya. Beliau memahami betul bahwa manusia hidup di dunia, maka tidak bisa manusia meninggalkan dunia.

“Pandangan beliau (Syekh Nawawi al-Banteni) ini sangat realistis, Mbah Nawawi dalam menjelaskan bedah keilmuan bisa sangat ringan, ini harus kita suarakan, bahwa zuhud itu tidak harus miskin, kita sapih dunia itu tapi kita manfaatkan dunia sebatas kebutuhan kita,” ujar Syekh Nawawi al-Banteni.

ADVERTISEMENTS

Kiai Miftah menambahkan, Syekh Nawawi al-Banteni adalah sosok kiai kharismatik dari pulau Jawa karena disebut Al Jawi, beliau sudah sangat terkenal di Tanah Suci Makkah. Guru-guru spiritual dan keilmuan serta hampir semua ulama Nusantara ada hubungan keilmuan dengan Syekh Nawawi al-Banteni.

ADVERTISEMENTS

“Tidak ada satupun pada masanya, orang (ulama) dari Jawa dari Nusantara tidak berguru kepada beliau, maka saat ini kita hanya bisa menziarahi makamnya, mengirim Al-Fatihah, tabarruk kepada beliau, agar gerak langkah kita bersambung dengan yang dilakukan Syekh Nawawi,” ujar Kiai Miftah.

Ia menyampaikan, KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Maskumambang dan kiai-kiai lainnya juga ada komunikasi ada hubungan murid dengan Syekh Nawawi.

Di pemakaman Ma’la, pemakaman tertua di Makkah, sejumlah ulama yang mengiringi Abuya Kiai Haji Ahmad Muhtadi bin Dimyathi al-Bantani termasuk Kiai Miftah berziarah juga ke makam Siti Khadijah istri dari baginda Nabi Muhammad SAW. Kemudian berziarah ke makam KH Maimun Zubair yang akrab disapa akrab dipanggil Mbah Moen.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version