IPB University Sudah Miliki Kebijakan Non-Skripsi Sejak 2019

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Rektor IPB University, Arif Satria. Rektor IPS sebut Laila meninggal karena terjebak dalam ruang lab yang terbakar. FOTO/Republika

 BOGOR — Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), tidak lagi mewajibkan mahasiswa untuk membuat skripsi sebagai syarat kelulusan. Di IPB University, kebijakan dan panduan tersebut sudah ada sejak 2019.

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS

Rektor IPB University Arif Satria mengatakan sejak 2019 IPB University sudah mengeluarkan panduan bagi sarjana dan dioloma bahwa tugas akhir tidak harus berbentuk skripsi yang berbasis riset. Namun, bisa berupa laporan magang, laporan pengembangan masyarakat di lapangan, riset, dan rencana bisnis.

“Jadi mahasiswa misalnya punya passion dalam pengembangan masyarakat, maka dia melakukan pengembangan masyarakat di satu semester itu bisa langsung diklaim sebagai tugas akhir,” kata Arif kepada wartawan usai pembukaan Dies Natalies ke-60 IPB University, Jumat (1/9/2023).

Kendati demikian, Arif mengatakan, laporan akhir tersebut harus dituangkan dalam bentuk yang mudah dibaca dan tentunya memenuhi standar akademik. Meskipun pada penyusunannya tidak serumit skripsi riset.

ADVERTISEMENTS

Ia pun menyambut baik kebijakan dari Kemendikbud ini. Terlebih IPB University sudah menjalankannya selama sekitar empat tahun.

ADVERTISEMENTS

“Jadi itu yang saat ini kita sudah lakukan dan alhamdulillah, begitu kementerian mengeluarkan kebijakan ini tentu kami menyambut baik. Karena kami sudah melakukan empat tahun sebelumnya,” ujarnya.

 

ADVERTISEMENTS

Arif pun menilai kebijakan ini sangat tepat. Karena, menurutnya, mahasiswa penting untuk dibekali mekanisme yang sejalan dengan perencanaan kariernya.

ADVERTISEMENTS

Misal, kata dia, mahasiwa yang tertarik dengan pengembangan bisnis harus dikanalisasi melalui mekanisme yang sesuai. Misalnya business plan atau diberikan kesempatan untuk membuat perusahaan dari di mana sang mahasiswa membuat laporan, dan laporannya bisa dianggap sebagai tugas akhir.

“Itulah kira-kira gambaran bahwa perencanaan karier mahasiswa sangat penting beragam. Tidak bisa dihantam promo, tidak bisa diseragamkan semua jadi peneliti. Peneliti bagus, harus yang penting, skripsi juga masih penting tapi harus diberi opsi lain dan kita sudan mempraktikkan bahkan teknik industri sudah 100 persen tidak riset adalah dateng ke perusahaan berkelompok memecahkan masalah, kemudian maslah itu dilaporkan,” jelasnya.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version