Selasa, 21/05/2024 - 13:48 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALTIMUR TENGAH

Warganet Mesir Terpecah Soal Larangan Niqab di Sekolah

Seorang wanita Muslim mengenakan Hijab (jilbab) berjalan dengan wanita lain yang mengenakan Niqab (cadar yang menutupi wajah kecuali area mata).

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 KAIRO — Mesir pada Senin (11/9/2023) mengeluarkan larangan penggunaan niqab atau penutup wajah di sekolah. Warganet Mesir terpecah soal larangan niqab tersebut.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Banyak warganet Mesir menyebut larangan penggunaan niqab bersifat menindas. Sementara warganet lainnya menyatakan dukungan mereka.

Menurut pernyataan Kementerian Pendidikan yang diterbitkan di surat kabar milik pemerintah Akhbar al-Youm, segala bentuk penutup rambut yang bertentangan dengan kondisi wajah terlihat tidak dapat diterima.

Siswa akan dibolehkan mengenakan jilbab, namun harus sesuai dengan warna yang dipilih oleh Kementerian dan Direktorat Pendidikan setempat. Aturan tersebut akan diberlakukan mulai awal tahun ajaran pada 30 September hingga Juni 2024. Keputusan tersebut berlaku di sekolah negeri maupun swasta.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Bantuan AS untuk Ukraina, Israel, dan Taiwan Diwarnai Kritikan

Kritik terhadap aturan berpakaian itu menjadi perdebatan di media sosial Mesir. Beberapa warganet menuduh pemerintah mencampuri hak-hak perempuan.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Biarkan wanita mengenakan apa pun yang mereka anggap cocok. Kami ingin dunia yang bebas dan setara bagi perempuan untuk memutuskan apa yang akan mereka kenakan tanpa campur tangan negara,” ujar seorang warganet, Zainab Dabo di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

Sementara warganet lainnya yang menentang larangan tersebut mengatakan, niqab adalah kewajiban agama dan tidak boleh dipolitisasi. “Niqab bukan masalah, masalahnya adalah ketidaktahuan dan intoleransi dari mereka yang ingin memaksakan pandangannya kepada orang lain. Niqab bukanlah sebuah pernyataan politik, ini adalah kewajiban agama,” ujar seorang warganet yang diidentifikasi sebagai Rizwan.

ADVERTISEMENTS

Para pendukung pelarangan niqab memuji keputusan tersebut sebagai langkah yang tepat bagi kebebasan perempuan. “Keputusan bagus. Kami tidak ingin bersikap terlalu ekstrem atau keras terhadap agama. Jika dia mengenakan gaun lain, itu juga tidak masalah,” ujar seorang warganet lainya yang diidentifikasi sebagai althafxx di platform media sosial X.

ADVERTISEMENTS

Menurut pernyataan Kementerian Pendidikan, seorang siswa harus memutuskan apakah mereka ingin menggunakan jilbab berdasarkan keinginan pribadinya tanpa tekanan atau paksaan dari orang lain selain orang tua.

Berita Lainnya:
Taiwan Deteksi 23 Jet Tempur dan 5 Kapal China Dekati Wilayahnya

Pernyataan tersebut juga menambahkan, orang tua harus diberitahu tentang pilihan anak perempuan mereka dan bahwa pihak berwenang akan memverifikasi pengetahuan wali murid tentang pilihan siswa mengenai penutup kepala. 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi