Rabu, 01/05/2024 - 21:36 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

BEM Solo Raya Tolak Politik SARA dalam Pemilu, Dorong Tingkatkan Literasi Politik

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA— Mahasiswa mesti memiliki kesadaran dan kecakapan politik. Sebagai kalangan well educate, mahasiswa harus memanfaatkan ruang partisipasi dalam setiap aktivitas politik, termasuk pemilu.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Koordinator BEM Solo Raya, Muhammad Hanif Prabowo, menjelaskan mahasiswa mengemban banyak predikat sebagai pemuda terpelajar. 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Literasi politik memungkinkan mahasiswa untuk mengambil ruang partisipasi tidak sekadar saat ada di TPS, tetapi juga dalam setiap proses politik,” terang Hanif dalam keterangannya, Selasa (3/10/2023).   

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Pernyataan ini disampaikan dalam Seminar Nasional bertajuk ‘Penguatan Literasi Politik Mahasiswa dan Mitigasi Sentimen SARA Menuju Pemilu 2024 Bermartabat’ pada Selasa (3/10/2023).     

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Apalagi, menurut dia, secara demografis Pemilu serentak 2024 didominasi pemilih muda. Tren pemilih muda ini tentu harus dibarengi dengan edukasi dan literasi mumpuni. 

“Sehingga, segmen pemilih muda tidak hanya sebagai objek politik lima tahunan, tetapi juga aktor atau subjek politik,” kata dia. 

Dijelaskan Hanif, bekal pengetahuan politik untuk mahasiswa mesti terus digalakkan hari ini. Caranya, dengan melakukan kegiatan edukatif mengenai pendidikan dan literasi politik, sosialisasi dan penguatan pengetahuan politik, dan pemanfaatan sejumlah instrumen digital. 

Berita Lainnya:
Kompolnas: Bentrok Antara Oknum TNI dan Brimob di Sorong Harusnya Bisa Dicegah

Dia menyebutkan literasi politik ini khususnya untuk mencegah praktik politik atas dasar sentimen parsial SARA. Politik SARA selalu menawarkan narasi adu domba yang bersinggungan dengan suku, ras, dan agama. “Praktik dan narasi politik semacam ini yang mesti diberangus oleh mahasiswa,” terang Hanif.

Dia mengatakan, kampus harus lebih aksesebel memberikan penguatan pengetahuan politik terhadap mahasiswa. 

“Apalagi, menjelang Pemilu Serentak 2024 besok, kampus dan mahasiswa lebih proaktif terutama untuk mencetak pemilih rasional-cerdas,” imbuh dia. 

Aliansi BEM se Solo Raya, menurut Hanif, memiliki komitmen untuk memberikan literasi dan edukasi politik bagi mahasiswa se-Solo Raya. 

Salah-satunya, dalam rangka untuk mengantisipasi dan menfilter praktik politik yang bersinggungan dengan isu SARA.  

“Politik SARA tidak sekadar buruk dalam kosa-kata politik kita, tetapi praktik dan narasi SARA dalam Pemilu akan merusak keakraban dan harmonisasi warga negara. Ia akan memecah belah kerukunan publik. Itu yang kita tolak,” tegas Hanif. 

Sementara itu, peneliti Indopublika Research and Consulting, Muchlas Samorano, menjelaskan, praktik elektoral menjelang Pemilu 2024 berpotensi mengulang kontestasi politik sebelum-sebelumnya. Sebagai konstituen, mahasiswa mesti hadir sebagai penyeimbang diskursus publik. 

Dia mengatakan, kanalisasi politik etik harus dimulai dari kampus. Mahasiswa, dan terutama jajaran elit civitas akademik, mesti menguatkan partisipasi politiknya di hampir semua proses politik. 

Berita Lainnya:
Prabowo Ajak Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Bersatu

“Demi menolak praktik SARA yang secara konstitusi haram, mahasiswa sangat boleh melakukan literasi politik apa saja, dan itu digaransi oleh demokrasi,” kata Muchlas.

Baca juga: Temuan Peneliti Amerika Serikat dan NASA Ini Buktikan Kebenaran Alquran tentang Kaum Ad

Dia berpandangan, haram hukumnya bagi mahasiswa melihat politik dari preferensi dan panorama SARA. Jangan mau dibikin rabun pada record dan program kandidat, lalu diganti dengan solidaritas populis atas dasar ras dan agama. “Dalam kontestasi elektoral, kaidah-kaidah tersebut haram,” ujar dia. 

Kegiatan yang bekerjasama dengan BEM Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Solo Raya di Gedung Utama Siti Walidah UMS berfokus pada pendidikan dan literasi politik mahasiswa.  

Hadir pada kegiatan itu opening speech, Koordinator BEM Solo Raya, Muhammad Hanif Prabowo. Diskusi itu digelar interaktif menghadirkan tiga narasumber kompeten, di antaranya Ketua Bawaslu Kota Surakarta, Drs Budi Wahyono, pengamat hukum dan akademisi UMS Galang Taufani, S H, MH, dan periset Indopublika Reseach and Consulting, Muchlas Samorano, S Sos. 

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi