Selasa, 21/05/2024 - 15:01 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALTIMUR TENGAH

Hanya Tinggal Beberapa Jam Sebelum RS di Gaza Kehabisan Bahan Bakar

GAZA — Serangan udara Israel di Jalur Gaza yang terkepung memasuki hari ke-10 tetapi skala kehancuran yang ditimbulkan telah mendorong fasilitas kesehatan ke titik terendah.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

Rumah sakit Dar al-Shifa di Gaza berusaha mati-matian untuk menghemat bahan bakar diesel yang tersisa di generator cadangan. Mereka telah mematikan lampu di semua departemen yang tidak penting.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Banyak orang akan meninggal karena persediaan bahan bakar untuk generator mereka hampir habis. Pemantau kemanusiaan PBB memperkirakan hal ini bisa terjadi pada Senin (16/10/2023).

“Kemarin saya berbicara dengan rekan-rekan saya di Rumah Sakit Shifa dan mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka masih belum memiliki cukup tempat tidur untuk korban luka, dan staf medis merawat korban luka di lapangan. Secara harfiah di lapangan,” ujar dokter umum yang sebelumnya bekerja di RS Shifa Malak Naim.

 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

“Mereka juga mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak memiliki kebutuhan dasar seperti air di toilet,” katanya.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Menlu Rusia: Barat Sedang Mengacaukan Situasi di Kaukasus Selatan

Seperti diketahui, Israel menghentikan pasokan dasar bagi warga Gaza. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memutus aliran listrik dan mencegah makanan-minuman dan bahan bakar memasuki wilayah tersebut. Padahal selama ini, Israel hanya menyediakan listrik secara terbatas dan mengizinkan impor makanan, bahan bakar, dan barang-barang konsumsi, serta sangat membatasi perjalanan masuk dan keluar.

Naim menceritakan, ruang operasi dan staf medis bekerja sepanjang waktu dalam kondisi yang sangat menantang. “Mereka hanya tidur selama beberapa jam jika beruntung mendapatkan tempat tidur, dan kemudian kembali bekerja,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS

Kementerian Kesehatan Gaza pun mengeluarkan seruan mendesak kepada masyarakat internasional untuk mengirimkan peralatan dan petugas medis ke wilayah tersebut.

ADVERTISEMENTS

“Perbedaannya dengan eskalasi ini adalah kami tidak mendapat bantuan medis dari luar, perbatasan ditutup, listrik padam dan ini merupakan bahaya besar bagi pasien kami,” kata Dr. Mohammed Qandeel yang bekerja di Rumah Sakit Nasser di daerah Khan Younis selatan.

Berita Lainnya:
Israel Menggila, 35 Warga Palestina di Rafah Syahid Akibat Serangan Negara Zionis Itu

Dokter lain mengkhawatirkan nyawa pasien yang bergantung pada ventilator dan pasien yang menderita luka ledakan kompleks yang memerlukan perawatan sepanjang waktu. Para dokter khawatir seluruh fasilitas rumah sakit akan ditutup.

Di tengah pemboman besar-besaran, gelombang baru pasien berdatangan ke rumah sakit anak-anak Al-Durrah. Bayi dan balita dengan luka memar dan perban, serta anak-anak kecil dengan darah berlumuran di wajah mereka.

Sejak Israel mengeluarkan perintah bagi warga Palestina untuk meninggalkan Gaza utara, beberapa rumah sakit melaporkan bahwa mereka tidak dapat mengeluarkan pasien yang sangat membutuhkan bantuan penyelamatan jiwa. Rumah sakit Al-Awda mengeluarkan seruan internasional bahwa rumah sakit tersebut tidak dapat menolak warga Palestina yang terluka atau menutup pintunya.

“Bangsal ini penuh dengan orang-orang yang terluka. Kami menghimbau kepada mitra kemanusiaan kami di seluruh dunia untuk memberikan tekanan pada Israel,” kata rumah sakit tersebut dalam sebuah unggahan di Facebook.

sumber : AP

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi