Jokowi Dinobatkan Sebagai Alumnus UGM Paling Memalukan oleh BEM KM UGM, Banner Besar Terpampang di Kampus

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Jokowi-alumnus-ugm-paling-memalukan-di-bundaran-kampus-mereka-jumat-08122023_375_211.jpg” width=”640″/>BANDA ACEH  – Presiden Joko WIdodo (Jokowi) dinobatkan sebagai alumnus UGM paling memalukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Gadjah Mada (UGM). 

ADVERTISEMENTS

Sebelumnya BEM KM UGM menggelar diskusi publik dan mimbar bebas di bundaran kampus mereka, Jumat (08/12/2023).  Salah satu acaranya adalah pemberian nominasi kepada Presiden Joko Widodo sebagai alumnus UGM paling memalukan. 

ADVERTISEMENTS

Dalam acara tersebut, BEM KM UGM memasang satu banner berukuran besar bergambar Jokowi di sisi utara Bundaran UGM.  

 Dalam banner tersebut foto Jokowi diedit sedemikian rupa, di mana setengahnya memakai jas dan mahkota, dan setengahnya lagi mengenakan jas almamater UGM serta caping. 

Kemudian latar belakangnya adalah gedung istana dan kampus UGM. Kemudian di banner itu tertulis ‘BEM KM UGM Present Penyerahan Nominasi Alumnus UGM Paling Memalukan’. 

ADVERTISEMENTS

Di bagian bawah banner terdapat tulisan ‘Mr Joko Widodo’. Sementara di pojok bagian bawah terdapat tulisan ‘2014-2024?’, ‘1980-1985’. 

ADVERTISEMENTS

Presiden BEM KM UGM Gielbran Muhammad Noor mengatakan, pemberian nominasi ini sebagai wujud kekecewaan mahasiswa UGM kepada Jokowi.

 “Ini wujud kekecewaan kita sebagai mahasiswa UGM juga bahwa sudah hampir dua periode Pak Jokowi memimpin tapi pada kenyataannya masih banyak sekali permasalahan fundamental yang sampai sekarang belum tuntas terselesaikan. Padahal beliau punya cukup banyak waktu untuk menyelesaikan masalah-masalah itu,” ucapnya kepada wartawan. 

ADVERTISEMENTS

Gielbran mencontohkan salah satunya terkait kasus korupsi. 

ADVERTISEMENTS

Ironisnya, pimpinan KPK sebagai garda terdepan pemberantasan korupsi justru menjadi tersangka kasus pemerasan. Contoh lain terkait revisi Undang-Undang ITE yang dianggapnya mempermudah kriminalisasi para aktivis. 

Selain itu, ada juga soal konstitusi yang dinilainya sudah sangat ambruk. 

“Terbukti bersalahnya hakim konstitusi sidang MKMK itu menjadi gerbang awal menjadi bukti empiris bahwa pada kenyataannya memang MK tidak independen, erat kaitannya dengan kedekatan personal kekeluargaan antara Jokowi dan Anwar Usman dan itu sudah terbukti,” bebernya. 

“Kita merasa sudah tidak ada momentum lain selain sekarang untuk menobatkan Presiden Jokowi sebagai alumnus paling memalukan di UGM,” sambungnya. 

Gielbran menyebut, pemerintahan saat ini tak ubahnya seperti pada zaman orde baru. Sebab saat ini banyak masyarakat yang menjadi korban diskriminasi, intimidasi, dan represifitas.

 “Kita menyebutnya tidak hanya semacam orde baru tapi orde paling baru karena bentuk represifitasnya dibentuk dikemas dalam bentuk yang lain tetapi kejamnya sama, otoriternya sama tapi dibungkus layaknya seorang yang innocent yang tak berdosa,” ungkapnya. 

Dirinya juga menyampaikan beberapa indikator yang membuat pemerintahan Jokowi layak disebut seperti itu. 

 Pertama, indeks demokrasi yang anjlok selama hampir 10 tahun kepemimpinan Jokowi. Indikator kedua adalah terkait konstitusi. 

Gielbran menyebut di akhir periode kepemimpinan, Jokowi justru menghendaki perpanjangan kekuasaan layaknya seorang Raja Jawa. “Belum lagi bicara soal dinasti Politik beliau yang secara vulgar terpampang di depan mata kita. 

Sehingga saya rasa tadi tidak ada momentum lain selain sekarang untuk menobatkan beliau sebagai alumnus UGM yang paling memalukan,” pungkasnya.

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version