Gabinovic mengatakan, dia merasa menderita melihat penderitaan rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Jika dia menyatakan dukungan kepada Palestina secara terang-terangan di depan umum, maka dia akan dibungkam, diancam, atau diserang di jalanan.
Gabinovic menyoroti keputusan Kementerian Keamanan yang memperluas izin kepemilikan senjata kepada para pemukim. Menurut Gabinovic, hal ini membuat situasi di Tepi Barat dan Tel Aviv menjadi mengerikan. Dia mengatakan, orang-orang di Tel Aviv bergerak di sekitar kota dengan senjata seperti militan. Israel berada di bawah komando militan M16 pimpinan Menteri Kemanan Nasional, Itamar Ben-Gvir.
“Saya tidak bisa pergi ke kota saya sendiri tanpa melihat orang-orang membawa senjata. Semua orang yang saya lihat sekarang sedang memegang senjata, proses mendapatkan izin senjata sangat mudah karena mereka menginginkan darah, mereka ingin kekacauan, mereka ingin kontrol, mereka ingin kekuasaan,” kata Gabinovic.
Gabinovic mengatakan, konflik antara Israel dan Palestina tidak dimulai pada 7 Oktober tetapi ketika naiknya Perdana Menteri Benyamin Netanyahu dan ditunjuknya menteri paling radikal di kabinet, Itamar Ben-Gvir. Menurut Gabinovic, Netanyahu dan kabinetnya telah menindas warga Palestina. Mereka juga tidak mendengarkan aspirasi rakyat Israel.
“Saya tidak tahu bagaimana hidup di sini, dan saya tidak tahu bagaimana mengatakan ‘Saya bersamamu’ kepada keluarga saya, kepada teman-teman (Palestina). Saya tidak bisa berbicara dengan mereka karena kengerian yang mereka alami. Saya mencoba, tetapi sangat sulit untuk berbicara dengan mereka. Teman-teman Palestina saya saat ini sedang dikepung,” ujar Gabinovic.
Gabinovic mengatakan, dia masih memiliki harapan untuk perdamaian jika perang di Gaza berakhir. Namun menurutnya, masa sekarang ini tercatat sebagai sejarah kelam bagi Israel dan Palestina.
“Namun, jauh di lubuk hati, saya melihat harapan. Saya terus berjuang melawan fasisme, ekstremisme sayap kanan, dan pendudukan, tapi saat ini, itu sangat sulit,” kata Gabinovic.
Sumber: Republika