Sabtu, 27/07/2024 - 08:51 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Tawuran Usia Remaja Semakin Masif, Pakar: Butuh Perhatian dan Panggung

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Anak Nasional 23 Juli 2024 dari Bank Aceh Syariah

 JAKARTA — Perkelahian antarkelompok atau yang sering disebut tawuran pada usia muda, terutama pelajar sebenanya sudah terjadi sejak dulu, terutama di kota-kota besar. Namun akhir-akhir ini aksi tawuran semakin marak dan sadis, khusus pada anak usia remaja. Ada beberapa poin penting yang membuat anak usia remaja gampang melakukan tindak kejahatan dalam hal ini aksi tawuran. 

ADVERTISEMENTS
Selamat ulang tahun ke-57 Bapak Bustami, S.E., M.Si, Penjabat Gubernur Aceh

“Pertama mereka adalah kelompok usia yang memiliki keluluasan waktu, kedua mereka belum memiliki tanggungjawab. Kalau kita sebagai pekerja waktu kita terbatas, kalau kita tawuran kalau kita luka kita nggak kerja maka keluarga kita nggak makan. Kalau pemuda anak dan remaja nggak akan ada pertimbangan-pertimbangan seperti itu,” ujar Pengamat Sosial Universitas Indonesia Devie Rahmawati saat dihubungi, Jumat (2/2/2024).

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Bhakti Adhyaksa 2024

Poin selanjutnya adalah kemampun berpikir, kata Devie, hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir remaja baru sempurna pada menginjak usia 24 tahun. Maka mereka yang masih di batas usia itu kompasnya adalah emosi. Sehingga emosi anak dan remaja itu tumbuh lebih cepat daripada kemampuan berpikir mereka dan menyebabkan mereka gampang tersulut emosi dengan persoalan yang sangat sederhana sekalipun.

Berita Lainnya:
PDIP: Kalau Tak Ada Reformasi, Tidak Ada Anak Tukang Kayu Jadi Presiden
ADVERTISEMENTS
Selamat dan Sukses atas Perpanjangan masa Jabatan Muhammad Iswanto sebagai Pj Bupati Aceh Besar dari Bank Aceh Syariah

“Tidak heran kalau yang sebenarnya sederhana sekali bisa begitu sensitif buat mereka, misalnya ledekledekan di medsos atau merasa ada anak lain yang kelihatan yang keren misalnya itu bisa membuat mereka tersinggung dan memicu gesekan hingga tawuran,” jelas Devie.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah dari Bank Aceh Syariah

 

ADVERTISEMENTS
Selamat HUT Bhayangkara ke-78 tahun dari Bank Aceh Syariah 2024

Poin terakhir adalah eksistensi atau jatidiri, Devie mengatakan, gesekan atau tawuran yang aktornya adalah anak dan remaja itu motivasinya bukan uang tapi karena mencari eksistensi atau jatidiri. Akibatnya, mereka bisa melakukan hal-hal yang sangat mengerikan bahkan jauh dari kata kemanusian. Sebab semakin sadis mereka melakukan sesuatu makan peluang untuk bisa dikenang dan dielu-elukan itu semakin besar. 

ADVERTISEMENTS
Wifi Gratis untuk Rekening Baru di Bank Aceh Syariah

“Apalagi sekarang soundnya ada media sosial, kalau di jaman dulu kan lewat gosip, oh ada si X kemarin matain tangan ini, kemarin si X nusuk bapak ini. Sekarang ada live ada segalanya,” terang Devie.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Salurkan 212 Ekor Hewan Kurban kepada Warga Aceh 2024

Butuh Perhatian dan Panggung

ADVERTISEMENTS
Sukseskan Hari Indonesia Menabung (HIM) dari Bank Aceh Syariah - 1 Juli 2024

Lebih lanjut, Devie sebenarnya anak dan remaja itu membutuhkan perhatian dan panggung. Namun persoalannya di Indonesia, panggung itu hanya diberikan kepada kelompok anak tertentu yang memiliki kemampuan atau prestasi, seperti juara olimpiade. Sementara anak-anak yang tidak memiliki prestasi tidak diberikan panggung. Sehingga jalanan menjadi tempat bagi anak-anak untuk mencari eksistensi. 

Berita Lainnya:
Euro 2024 Masuki Perempat Final, Simak Tim yang Lolos dan Catat Jadwal Pertandingannya

“Di luar negeri itu semua anak dicintai dan dihargai sehingga diberikan panggung untuk menyalurkan minatnya dia, eskulnya itu bisa sampai 120 eskul minimal paling sedikitnya sehingga mereka sibuk, mereka punya panggung semua untuk dielu-elukan untuk dipuji dan sebagainya. Masih ada tawuran tapi tidak semasif di Indonesia,” tutur Devie.

Kemudian mengenai adanya pergeseran waktu tawuran yang dulu kerap terjadi pada saat jam sekolah atau pulang sekolah, sementara saat ini bisa terjadi pada malam hari bahkan dini hari, menurut Devie, hal itu terjadi lantaran adanya pergeseran pola asuh. Saat ini orang tua anak sudah tidak lagi mendisiplinkan anak-anaknya. Mereka cenderung membebaskan waktu untuk anak-anaknya hanya demi dianggap orang tua modern.

“Mau pulang jam berapa saja silakan, nggak punya SIM dikasih motor, hidup bebas dan sebagainya demi dianggap sebagai orang tua yang hebat, orang tua yang asik dan seru. Padahal itulah pintu masuk petaka dalam kehidupan anak-anak kita,” keluh Devie.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
Bahagia itu Sederhana dari Bank Aceh Syariah


Reaksi & Komentar

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا الكهف [60] Listen
And [mention] when Moses said to his servant, "I will not cease [traveling] until I reach the junction of the two seas or continue for a long period." Al-Kahf ( The Cave ) [60] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi