Selasa, 30/04/2024 - 04:13 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BISNISEKONOMI

Minuman Lokal Ini Makin Laris Usai 93 Persen Penduduk Yordania Boikot Israel dan Konconya

ADVERTISEMENTS

 AMMAN — Di supermarket di Amman, sebuah revolusi diam-diam sedang terjadi. Boikot terhadap produk Israel dan pro Israel telah membangkitkan usaha-usaha lokal yang terpendam.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Gerakan akar rumput yang memprotes perusahaan-perusahaan Barat pendukung Israel di tengah perang brutal di Gaza, Palestina telah mengubah pangsa pasar Pepsi dan Coca-Cola di Yordania.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Rak-rak yang dulunya memajang deretan minuman pokok Amerika itu kini memberi ruang bagi minuman alternatif lokal. Soda Yordania Matrix Cola mengalami lonjakan penjualan dalam beberapa bulan terakhir.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Yang terdepan dalam perubahan ini adalah Defaf Al-Nahrayn Company (DNC), pemilik merek dagang Matrix Cola, produsen soda dan jus Yordania yang didirikan pada tahun 2008.

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Selama lebih dari satu dekade, perusahaan ini berfokus pada ekspor ke negara-negara tetangga karena perusahaan tersebut bergulat dengan dominasi raksasa asing di pasar dalam negerinya. Namun, menanggapi lonjakan permintaan konsumen lokal baru-baru ini, DNC telah menggandakan kapasitas produksi Matrix Cola.

Manajer Pemasaran Abdalmo’een Ibrahim Abu Zaid mengatakan kepada Arab News bahwa sejak boikot mendapatkan momentum pada bulan Oktober, DNC telah memperluas distribusinya ke seluruh daerah dengan meningkatkan tenaga kerja dan armada konvoi.

Berita Lainnya:
DTW Ulun Danu Beratan Siap Pentaskan Kebudayaan Tari Kecak

Dia mencatat bahwa perubahan ini terutama terlihat di ibu kota, di mana seruan untuk memboikot produk-produk Barat paling kuat terdengar.

Sentimen ini masif di Yordania dan negara-negara Arab lainnya. Banyak yang menyatakan bahwa pendudukan Israel di Palestina tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan Amerika Serikat dan beberapa negara serta perusahaan Eropa. Pepsi dan Coca-Cola termasuk di antara merek yang mendapat kritik.

Aktivis hak asasi manusia Palestina mengecam Coca-Cola karena mengoperasikan pabrik di pemukiman Israel di Atarot di Tepi Barat yang diduduki. Pepsi juga mendapat sorotan setelah mengakuisisi perusahaan manufaktur SodaStream yang berbasis di Israel pada tahun 2018.

Sultan, seorang kasir di Cozmo, sebuah jaringan supermarket populer di Amman Barat mengatakan pelanggan sangat berkomitmen untuk memboikot.

“Sebagian besar mencari alternatif selain merek yang mendukung Zionisme,” katanya.

Di toko khusus ini, semua karyawan bahkan mengenakan keffiyeh Palestina untuk menunjukkan solidaritas terhadap Gaza. Sultan memperkirakan sekitar 90 persen pelanggan berpartisipasi aktif dalam boikot tersebut. 

Lebih jauh lagi, toko tersebut merespons dengan memberi label pada produk lokal, sehingga membantu pelanggan mencari alternatif yang etis.

Berita Lainnya:
Dampak Serangan ke Gaza, Israel Hadapi Boikot Ekonomi Hingga Budaya 

Menurut gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) yang dipimpin Palestina, 93 persen warga Yordania berpartisipasi dalam memboikot perusahaan-perusahaan Barat yang mendukung pendudukan Israel.

“BDS meluncurkan kampanyenya di Yordania selama perang Israel di Gaza pada tahun 2014. Saat itu, dukungan publik terhadap boikot relatif lemah. Masyarakat skeptis bahwa hal ini akan membuat perbedaan,” Randa Jamal, anggota BDS Jordan, menjelaskan kepada Arab News.

Jamal menambahkan, BDS telah berkampanye, meningkatkan kesadaran, mendidik siswa di sekolah selama bertahun-tahun. Kampanye ini telah membawa kesuksesan dengan perusahaan-perusahaan besar menjual aset dan meninggalkan Israel, serta sejumlah investor melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan Israel dan internasional pendukungnya.

“Sekarang kami tahu bahwa hal ini telah membawa perubahan. Masyarakat kini tahu betapa hebatnya alat boikot,” kata dia.

Ketika perang di Gaza memasuki bulan ketiga, semakin banyak warga Yordania yang memilih untuk mengungkapkan kecaman mereka dengan menggunakan daya beli sebagai senjata. Ini mencerminkan meningkatnya kesadaran akan implikasi etis yang ditimbulkan oleh konsumsi sehari-hari.

sumber : Arab News

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi