Rabu, 01/05/2024 - 07:07 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

3 Negara Larang Celana Dalam Renda, Apa Memang Berbahaya?

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Celana dalam renda banyak digemari karena tampilannya yang cantik. Meski disukai banyak perempuan, peredaran celana dalam renda ternyata dilarang di tiga negara.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Ketiga negara yang memberlakukan larangan terhadap celana dalam renda adalah Rusia, Belarus, serta Kazakhstan. Larangan ini sudah diberlakukan secara efektif sejak 2014.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Kehadiran larangan ini sempat disambut dengan protes dari masyarakat. Protes ini muncul karena warga merasa pemerintah terlalu mengatur cara berpakaian mereka. Masyarakat menekankan bahwa mereka memiliki hak untuk memilih pakaian dalam apapun bahannya.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Di sisi lain, pemerintah Rusia, Belarus, serta Kazakhstan mengeklaim bahwa larangan terhadap celana dalam renda diterapkan demi melindungi kesehatan perempuan. Menurut pemerintah di ketiga tersebut, celana dalam renda yang tak dilapisi kain katun itu tidak higienis dan bisa memicu masalah kesehatan pada organ kewanitaan perempuan.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Studi Baru Menunjukkan Berkedip Sebenarnya Meningkatkan Penglihatan

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Berkaitan dengan kontroversi ini, ahli uroginekologi dr Jennifer Angler menyatakan bahwa celana dalam berbahan katun merupakan jenis celana dalam yang dapat memberikan kenyamanan terbaik. Alasannya, bahan katun bisa mencegah timbulnya kelembapan dan menjaga area vagina tetap bersih.

Di samping itu, katun yang lembut juga berpeluang lebih kecil untuk menyebabkan iritasi vulva. Oleh karenanya, bahan katun dipandang sebagai “standar emas” untuk celana dalam.

“Katun merupakan material yang sangat lembut, mudah menyerap, dan menunjang sirkulasi udara,” jelas ahli uroginekologi, dr Victoria Scott, seperti dilansir Huffington Post pada Rabu (17/4/2024).

Berbeda dengan katun, bahan-bahan sintetis seperti spandex dan nilon bisa memerangkap kelembapan dan panas bila digunakan sebagai celana dalam. Kombinasi antara kelembapan dan panas ini dapat menciptakan lingkungan ideal untuk tumbuhnya bakteri serta jamur yang dapat memicu infeksi.

Berita Lainnya:
Balita Pukuli Diri Sendiri Saat Tantrum, Bagaimana Cara Mengatasinya?

Oleh karena itu, orang-orang dengan masalah kesehatan tertentu sangat dianjurkan tidak menggunakan celana dalam selain celana dalam berbahan katun. Sebagai contoh, orang-orang yang rentan mengalami infeksi jamur, vaginosis bakteri, atau infeksi saluran kemih.

“(Karena bahan katun lebih lembut) katun berpeluang lebih kecil untuk menyebabkan iritasi vulva,” kata dr Scott.

Bila ingin menggunakan celana dalam renda, dr Angler menyarankan perempuan untuk memakai insert atau lapisan tambahan berbahan katun pada bagian celana dalam yang menutupi vagina. Selain dapat melindungi kesehatan vulva dan vagina, penggunaan lapisan berbahan katun juga bisa memberikan kenyamanan ekstra.

Adakah risiko penggunaan celana dalam bukan katun?

Celana dalam yang tidak menggunakan bahan katun pada bagian selangkangan (crotch) dapat menyebabkan area vagina menjadi lembap. Kondisi ini bisa mempermudah bakteri dan jamur untuk bertumbuh dan menyebabkan infeksi.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi