Rabu, 01/05/2024 - 19:36 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Berkunjung ke Tempat Pengaderan dan Museum PKC

ADVERTISEMENTS

BEIJING — Pada Selasa (16/4/2024) lalu, saya dan para jurnalis yang sedang mengikuti program China International Press Center (CIPC) 2024, diajak berkunjung ke Central Party School (CPS) yang berlokasi di Distrik Haidan, Beijing. CPS merupakan institusi pendidikan tinggi tempat pengaderan anggota Partai Komunis Cina (PKC).

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Kunjungan ke CPS memang merupakan agenda program CIPC. Lewat program yang sudah dilaksanakan sejak 2014 itu, Cina mengundang jurnalis dari berbagai negara untuk tinggal di negaranya selama empat bulan. Salah satu tujuan utama CIPC adalah agar para jurnalis bisa memperoleh pengetahuan dan pemahaman lebih mendalam tentang Negeri Tirai Bambu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Program CIPC gelombang pertama tahun ini diikuti lebih dari 100 jurnalis dari 90-an negara. Ketika berkunjung ke CPS Beijing pada Selasa lalu, saya dan para jurnalis peserta CIPC diajak berkeliling kompleks kampus. Lingkungannya hijau karena dipenuhi pepohonan rindang.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Di depan gedung perkuliahan utama, berdiri patung Mao Zedong, yakni tokoh pendiri Republik Rakyat Cina. Di CPS juga terdapat patung Deng Xiaoping dan sejumlah tokoh PKC lainnya.

ADVERTISEMENTS

Selama berkeliling kampus, seorang pemandu menceritakan kepada kami tentang sejarah singkat berdirinya CPS. Cikal bakal lahirnya CPS adalah dari Sekolah Marxis-Komunis yang didirikan di Ruijin, Provinsi Jiangxi, pada Maret 1933.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Korsel Protes Pemimpin Jepang Beri Penghormatan di Kuil Yasukuni

Mao Zedong pernah memimpin institusi pendidikan tersebut pada Maret 1943-Maret 1947. Pada Maret 1949, Sekolah Marxis-Komunis, bersama dengan anggota Komite Sentral PKC, pindah ke Beijing. Pada Agustus 1955, sekolah tersebut berganti nama menjadi “Senior Party School” dan beroperasi di bawah Komite Sentral PKC.

Sejak saat itu pula sekolah itu dikenal dengan nama CPS. Di CPS, para kader PKC dibimbing untuk mendalami garis haluan, nilai-nilai, dan sejarah partai. Mereka akan turut terlibat dalam berbagai proyek penelitian dan konstruksi teori Marxis yang diselaraskan dengan kondisi Cina.

Karena salah satu tugas CPS adalah mencetak calon-calon pemimpin partai dan negara, para kader juga diajarkan tentang cara mengelola pemerintahan, mengatasi aksi protes, hingga menghadapi wawancara media dan tamu asing. Pemikiran Presiden Cina Xi Jinping kini menjadi inti kurikulum CPS.

Pada Oktober 2017, PKC diketahui telah sepakat menambahkan nama dan pemikiran Xi Jinping ke dalam konstitusi negara. Xi menjadi pemimpin Cina kedua setelah Mao Zedong yang nama dan pemikirannya dimasukkan ke konstitusi ketika masih menjabat.

Xi sendiri pernah menjadi presiden CPS dari 2007 hingga 2012. Dalam kunjungan ke CPS pada 16 Maret 2024 lalu, para jurnalis peserta CIPC juga diberikan forum untuk berinteraksi dan mengajukan pertanyaan kepada pemimpin CPS saat ini, yakni Xie Chuntao.

Berita Lainnya:
Houthi Akui Serang Kapal Tanker Inggris dan Tembak Jatuh Drone AS

Sebelum membuka ruang tanya jawab, Xie terlebih dulu memaparkan secara singkat tentang institusi yang kini dipimpinnya. “Hampir semua pejabat pemerintah (Cina) pernah bersekolah di sini (CPS),” ujarnya.

Dia mengungkapkan, PKC mempunyai sekolah atau institusi pengaderan dari level nasional hingga lokal. Xie, yang juga anggota Komite Sentral PKC, mengatakan bahwa saat ini negaranya menerapkan komunisme dengan karakteristik Cina.

Setelah memberi pemaparan selama lebih dari satu jam, Xie memberi kesempatan kepada para jurnalis peserta CIPC mengajukan pertanyaan. Isu yang ditanyakan beragam, mulai dari Taiwan hingga hubungan Cina dengan Barat, khususnya Amerika Serikat.

Seorang jurnalis dari kelompok Amerika Latin juga sempat menanyakan tentang isu kebebasan beragama di Cina kepada Xie. Merespons pertanyaan itu, Xie menekankan bahwa Cina menghormati kebebasan beragama. “Masyarakat boleh meyakini agamanya masing-masing. Di sini kebebasan beragama dilindungi hukum,” ujarnya.

Setelah tanya jawab sekitar satu jam, forum ditutup. Hal itu sekaligus mengakhiri rangkaian kegiatan kunjungan ke CPS. Untuk memberi gambaran lebih dalam tentang PKC dan kiprahnya, panitia CIPC kemudian mengajak para jurnalis berkunjung ke Museum PKC yang juga berlokasi di Beijing. Kunjungan ke museum tersebut dilaksanakan pada Rabu (17/4/2024).

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi