Sabtu, 27/07/2024 - 12:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EDUKASI
EDUKASI

Alumni STIP Gelar FGD tentang Reformasi Pendidikan Pelayaran

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Anak Nasional 23 Juli 2024 dari Bank Aceh Syariah

JAKARTA — Kasus kekerasan yang dialami taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Putu Satria Ananta Rastika oleh seniornya pada awal Mei 2024 menjadi sorotan publik. Atas insiden ini, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengeluarkan empat kebijakan baru yang akan diterapkan di STIP, yaitu penghilangan atribut kepangkatan pada seragam, moratorium, tidak wajib asrama untuk tingkat II ke atas, dan mengubah kurikulum.

ADVERTISEMENTS
Selamat ulang tahun ke-57 Bapak Bustami, S.E., M.Si, Penjabat Gubernur Aceh

Hal ini disampaikannya saat hadir di rumah duka Putu Satria Ananta Rustika (19 tahun) siswa STIP yang meninggal dunia pada Jumat (3/5/2024) lalu akibat kekerasan senior.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Bhakti Adhyaksa 2024

“Atribut ini membuat adanya jarak antara senior dan junior. Oleh karenanya, serta merta minggu depan semua atribut kami hilangkan,” kata Budi Karya Sumadi di Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis (9/5/2024).

ADVERTISEMENTS
Selamat dan Sukses atas Perpanjangan masa Jabatan Muhammad Iswanto sebagai Pj Bupati Aceh Besar dari Bank Aceh Syariah

Ia menyatakan kasus kematian peserta didik ini menjadi landasan Kementerian Perhubungan melakukan sejumlah perombakan. “Bahkan, kami akan membuat suatu yang lebih humanis, tidak lagi setiap hari menggunakan seragam itu, ada satu hari yang pakai pakaian putih, satu hari pakaian batik, di hari libur mereka pakai pakaian bebas,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah dari Bank Aceh Syariah

Menurut Menhub, menghilangkan atribut pangkat dengan mengatur seragam peserta didik bertujuan untuk menghapus perbedaan antara senior dan junior. Sehingga kasus yang dialami Putu Satria tidak terulang kembali.

Berita Lainnya:
Mahasiswa Prodi Bisnis Digital Cyber University Raih Pendanaan PKM-AI
ADVERTISEMENTS
Selamat HUT Bhayangkara ke-78 tahun dari Bank Aceh Syariah 2024

 

ADVERTISEMENTS
Wifi Gratis untuk Rekening Baru di Bank Aceh Syariah

Wacana kebijakan tersebut mendapat atensi dari Corps Alumni Akademi Ilmu Pelayaran (CAAIP). Organisasi yang menghimpun alumni STIP itu membuat Forum Group Discussion (FGD) untuk membahas reformasi pendidikan pelayaran, termasuk mendiskusikan kebijakan baru yang akan diterapkan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) di STIP.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Salurkan 212 Ekor Hewan Kurban kepada Warga Aceh 2024
ADVERTISEMENTS
Sukseskan Hari Indonesia Menabung (HIM) dari Bank Aceh Syariah - 1 Juli 2024

Dalam paparannya di FGD, Pengajar di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Prof. Didin S. Damanhuri mengatakan bahwa sebagian besar luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan. Jika melihat sejarahnya, beberapa kerajaan dan kesultanan di Indonesia pernah berjaya dengan mengunggulkan sektor maritim. Indonesia hari ini harus mencontoh sejarah yang pernah terjadi dan pendidikan pelayaran memiliki peran penting dalam mendukung sumber daya manusianya.

“Industri maritim dan kelautan harusnya menjadi keunggulan Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, kita pasti membutuhkan sekolah dan perguruan tinggi untuk mendukung negara maritim,” kata Prof. Didin di Hotel Santika Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (17/5/2024).

Guru Besar Universitas Negeri Makassar Prof. Mohammad Jafar Hafsah mengatakan, pendidikan pelayaran sudah ada sejak tahun 400 M yang dimulai oleh Kerajaan Kutai, kemudian dilanjutkan oleh Kerajaan Samudera Pasai pada abad 13 M. Kini pendidikan formal ilmu pelayaran sudah banyak berdiri, salah satunya STIP yang berdiri pada 1953.

Berita Lainnya:
Wakili Indonesia, Mahasiswa UMM Raih Emas pada Ajang Pencak Silat se-ASEAN

“Lulusan ilmu pelayaran ini lebih spesifik karena dianggap lebih profesional untuk menjadi pelaut, dan memang untuk menjadi pelaut harus tangguh, beda dengan pekerjaan darat. Menjadi pelaut harus bisa bagaimana menghadapi gelombang besar dan tantangan lain yang terjadi. Oleh karena itu, berkaitan dengan metodologi dan pendidikan, banyak akademi-akademi pelayaran yang berstatus diasramakan,” kata Prof. Jafar.

Prof. Jafar menuturkan, seorang taruna pelayaran harus memiliki mental yang tangguh. Namun, dalam melatih mentalnya tidak dilakukan dengan cara kekerasan oleh seniornya. Itu seperti melatih menjadi dewasa dengan cara tidak dewasa. Sebab, kekerasan di lingkungan pendidikan akan berdampak pada psikologis dan menghambat proses belajar mengajar. 

“Kami mengharapkan akademi pelayaran sudah direformasi, jadi dengan wajah baru. Benar- benar mewadahi bagaimana memberikan pemahaman tentang kemaritiman dan pelayaran dengan sistem yang baru. Itu yang kita harapkan, sehingga sungguh-sungguh menghasilkan pelaut-pelaut yang tangguh,” ujarnya.

Psikolog Kolonel Laut (KH) Ahmad Rivai, S.P.Si., M.PPO. sepakat dengan pepatah yang mengatakan ‘Pelaut yang tangguh tidak lahir dari laut yang tenang.’ Ia mengakui pekerjaan seorang pelaut tidak seperti karyawan di darat pada umumnya. Pelaut adalah pekerjaan spesial. Oleh karenanya, pendidikannya juga perlu disesuaikan dengan tantangan yang akan dihadapi di tengah laut.

ADVERTISEMENTS
Bahagia itu Sederhana dari Bank Aceh Syariah

1 2 3

Reaksi & Komentar

لَّٰكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا الكهف [38] Listen
But as for me, He is Allah, my Lord, and I do not associate with my Lord anyone. Al-Kahf ( The Cave ) [38] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi