Senin, 17/06/2024 - 13:15 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LINGKUNGAN

Tempat Tertinggi di Bumi yang Dihuni Manusia

JAKARTA — Di seluruh dunia, ada lebih dari 80 juta orang yang hunian permanennya berada di ketinggian, setidaknya 2.500 meter di atas permukaan laut. Hunian di tempat tinggi tersebut tersebar di Amerika Selatan, Asia Tengah, Afrika Timur, dan beberapa kawasan lain. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Raya Idul Adha 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Salah satu pemukiman permanen di tempat tinggi yakni Wenquan di Provinsi Qinghai, China, dengan ketinggian 4.870 meter di atas permukaan laut. Ada juga Korzok di India, dengan ketinggian 4.572 meter di atas permukaan laut.  

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Dilantiknya Daddi Peryoga sebagai Kepala OJK Provinsi Aceh

Namun, ada satu tempat yang lebih tinggi dari semuanya. Tempat tertinggi di Bumi yang ditinggali manusia itu adalah La Rinconada, yang berlokasi di Andes Peru. Sebanyak 50 ribu penduduknya tinggal di ketinggian antara 5.000-5.300 meter di atas permukaan laut.

ADVERTISEMENTS
Menuju Haji Mabrur dengan Tabungan Sahara Bank Aceh Syariah

Dikutip dari laman LiveScience, Ahad (26/5/2024), di La Rinconada tidak ada air mengalir, juga sistem pembuangan limbah atau sampah. Makanan untuk penduduk di sana diimpor dari dataran rendah dan listrik baru dipasang pada tahun 2000-an.   

ADVERTISEMENTS
ActionLink Hadir Lebih dekat dengan Anda
Berita Lainnya:
Uni Eropa Dianggap Belum Siap Implementasikan Undang-Undang Deforestasi

Kota La Rinconada terkenal dengan pertambangan emasnya, yang awalnya (lebih dari 60 tahun lalu) merupakan pemukiman penambangan sementara. Lambat laun, warga di sana menetap secara permanen dan beradaptasi dengan sejumlah kondisi.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses kepada Pemerintah Aceh

Penduduk La Rinconada harus hidup dalam kondisi ekstrem dengan tekanan oksigen hingga setengah dari yang ada di permukaan laut. Bagi orang yang tidak dilahirkan di dataran tinggi dan jarang bepergian ke ketinggian, laju pernapasan dan detak jantung meningkat.

ADVERTISEMENTS
Selamat Menunaikan Ibadah Haji bagi Para Calon Jamaah Haji Provinsi Aceh

Hal itu karena oksigen yang tersedia di udara lebih sedikit, sehingga paru-paru dan jantung perlu bekerja lebih keras untuk memberi nutrisi pada jaringan. Persentase hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen, di dalam darah juga akan menurun. Semakin tinggi ketinggiannya, semakin kuat semua respons itu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses atas Pelantikan Pejabat di Pemerintah Aceh
Berita Lainnya:
Teleskop ini Bisa Amati Bintang, Satelit, dan Lainnya di Siang Hari

Beberapa orang mungkin mengalami kondisi yang disebut penyakit gunung akut (AMS) saat tubuh mencoba menyesuaikan diri dengan rendahnya kadar oksigen. Efeknya dapat menimbulkan gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual dan kehilangan nafsu makan. 

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni 2024

Namun, penduduk dataran tinggi, seperti mereka yang tinggal di La Rinconada, tampaknya telah beradaptasi dengan lingkungan rendah oksigen dengan berbagai cara. “Ada bukti yang cukup bagus dari seluruh dunia bahwa ada sedikit atau sangat besar peningkatan volume paru-paru pada orang-orang yang terpapar ketinggian, terutama sebelum masa remaja,” ujar profesor emerita antropologi di Case Western Reserve University di Ohio, Cynthia Beall. 

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Selamat dan Sukses kepada Pemerintah Aceh atas Capai WTP BPK

 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

 

ADVERTISEMENTS
Bayar Jalan tol dengan Pencard

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوْمًا لَّا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا الكهف [93] Listen
Until, when he reached [a pass] between two mountains, he found beside them a people who could hardly understand [his] speech. Al-Kahf ( The Cave ) [93] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi