BANDA ACEH – Peringatan Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) 2025 bukan sekadar seremoni tahunan.
Bagi Cut Intan Dewi, guru SMAN 3 Banda Aceh dan Pembina OSIS, momen ini adalah pengingat penting bahwa anak-anak Aceh perlu ruang untuk berkembang kreatif, berani, dan percaya diri.
Kegiatan REALISTIG VII, yang tengah berlangsung di Banda Aceh, menjadi contoh nyata bagaimana siswa dapat belajar lebih dari sekadar buku pelajaran.
Menurut Cut Intan, “Buat saya, Hardikda itu pengingat bahwa anak-anak Aceh butuh ruang berkembang.
Di REALISTIG VII, mereka belajar bukan hanya pintar di buku, tapi juga berani, kreatif, dan percaya diri.”
Guru masa kini, tegasnya, bukan hanya mengajar teori atau rumus, tetapi menjadi teman belajar, motivator, dan pendorong anak-anak agar siap bersaing.
“Guru hari ini nggak cukup cuma ngajar rumus atau teori. Kita harus jadi teman belajar, motivator, dan pendorong anak-anak supaya siap bersaing—seperti yang mereka tunjukkan di REALISTIG VII.”
Ia menambahkan harapannya kepada pemimpin Aceh:
“Harapan saya sederhana, pemimpin Aceh jangan lupa bahwa investasi terbesar adalah pendidikan. Dukung terus kegiatan seperti REALISTIG, karena dari sanalah lahir generasi hebat masa depan.”
Upacara Hardikda 2025 sendiri digelar di halaman Kantor Gubernur Aceh, Jumat (2/5/2025), dengan Wakil Gubernur Fadhlullah, sebagai inspektur upacara.
Dalam amanatnya, Fadhlullah menegaskan bahwa Hardikda bukan sekadar seremonial, tetapi momentum memperkuat pendidikan Aceh sebagai fondasi pembangunan daerah.
“Pendidikan adalah sarana membangun kepribadian, akhlak mulia, dan peradaban bangsa. Di Aceh, semangat Hardikda mengingatkan kita bahwa masa depan daerah sangat ditentukan oleh mutu pendidikan hari ini,” ujarnya.
Wagub juga mengajak seluruh pihak—orang tua, guru, masyarakat, dan dunia usaha—untuk mendukung pendidikan Aceh agar semakin maju dan merata. (*)
































































































