Jumat, 03/05/2024 - 13:26 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Psikolog Ungkap Dampak Pernikahan yang tidak Bahagia

ADVERTISEMENTS

Pernikahan tidak bahagia akan memengaruhi kondisi fisik.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

JAKARTA — Psikolog klinis Ratih Ibrahim mengatakan, pernikahan harus dipersiapkan secara baik. Sebab jika tidak, dapat berdampak keluarga menjadi tidak bahagia dan ikhlas menjalani pernikahan.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


“Bahagia adalah kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Ketidakbahagiaan itu akan membuat kualitas hidup turun, dan kualitas hidup yang turun itu akan membuat semakin tidak bahagia lagi,” kata Ratih, Rabu (21/9/2022)

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Menurut Ratih, jika tidak bahagia akan memengaruhi kondisi fisik seperti sering sakit, tidak bisa berpikir, dan mudah berkonflik dengan orang lain. “Kemudian secara emosi terganggu, hubungan sosial, dan seksualnya juga terganggu, produktivitasnya juga akan terganggu,” ucap Ratih.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
Dampak Perceraian tidak Sederhana, Siapkan Diri Sebelum Menikah


Ratih mengatakan, biasanya pernikahan yang tidak bahagia karena tidak siap secara batin seperti diburu-buru karena kondisi finansial atau dipaksa secara adat. Maka itu, dia mengatakan jika ingin menikah harus siap dan ikhlas menjalankan peran berumah tangga dan menerima sifat pasangan.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


“Karena pernikahan itu bukan sekadar kita bisa melakukan hubungan seksual kemudian bisa beranak-pinak. Dalam sebuah pernikahan ada sebuah komitmen. Ada sesuatu yang sakral. Tidak cuma cinta,” ujar Ratih.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


Menurut dia, 21 tahun adalah usia paling ideal untuk menikah karena sudah lebih siap secara fisik dan emosional. “Menjadi lebih yakin dia siap kalau dia ada di usia dewasa karena sudah lebih matang secara kognitif, emosional, psikologi, dan sosial. Jadi bukan fisik saja,” ujar Ratih.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh
Berita Lainnya:
Mudik Bareng Anak dengan Kendaraan Umum, Ajari Ini Dulu Sebelum Berangkat


Secara fisik, usia di bawah 21 tahun bagi wanita fungsi reproduksinya belum matang sehingga belum bisa dikatakan siap hamil. Karena konsekuensi lanjutan setelah menikah adalah menjadi ibu.


Selain itu, menurut Ratih, kesiapan secara finansial juga penting karena menyangkut pekerjaan dan keuangan dalam rumah tangga. “Kalau secara finansial juga tidak ajek kehidupan rumah tangga juga bisa terganggu secara ekonomi, belum lagi nanti ketika punya anak,” kata Ratih.


 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi