Rabu, 01/05/2024 - 13:15 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMISYARIAH

Erick Thohir: Produk Halal Kita Harus Jadi Nomor Satu Dunia

ADVERTISEMENTS

Indonesia tak boleh lagi hanya menjadi bangsa yang konsumtif, namun harus produktif

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

JAKARTA — Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tak ingin kekayaan sumber daya alam (SDA) dan market Indonesia yang besar terus menerus menjadi sumber bagi pertumbuhan ekonomi bangsa lain. Bagi Erick, sudah saatnya kekayaan alam dan market Indonesia menjadi sumber bagi pertumbuhan ekonomi bangsa sendiri.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Erick menyebut dunia pondok pesantren (ponpes) memegang peranan dalam mendorong kemandirian perekonomian umat dan bangsa. Erick ingin ponpes menjadi agen pembangunan yang aktif.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Erick mengaku miris dengan posisi Indonesia yang tidak masuk 10 besar negara produsen industri halal terbesar dunia. Padahal, Indonesia negara dengan jumlah populasi muslim terbesar dan menempati peringkat empat dalam hal konsumen produk halal.

ADVERTISEMENTS

“Indonesia tak boleh lagi hanya menjadi bangsa yang konsumtif. Kita harus bergerak menjadi produktif. Produk halal kita harus menjadi nomor satu di dunia. Semua itu bisa kita capai asal kita mau bergerak bersama,” ujar Erick saat menghadiri undangan khotmil quran dan silaturahmi ulama se-Pasuruan Raya, Kamis (5/5/2022).

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
P3PI: Buat Regulasi Pabrik Kelapa Sawit Jadi Food Factory

Melalui BUMN, Erick berupaya melakukan perubahan paradigma dengan menggabungkan tiga bank syariah BUMN menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI) yang memiliki total aset mencapai Rp 360 triliun dan menjadi bank terbesar ketujuh di Indonesia. Selain itu, Erick juga mendorong BUMN menciptakan banyak wirausaha baru dalam program Muslimpreneur.

“Ada yang bertanya, ngapain BUMN main-main ke ponpes. Setelah bank (BSI) jadi,  Muslimpreneur dibangun, ponpes merupakan mercusuar peradaban yang harus dibangun ekosistem ekonomi umat supaya untuk pertumbuhan ekonomi kita,” ucap Erick.

Erick mengatakan Kementerian BUMN memiliki sejumlah program yang dapat dioptimalkan, khususnya oleh kalangan pesantren agar memiliki kemandirian ekonomi.

Pertama, Program BUMNU (Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama), yang dimulai dari pendirian 250 BUMNU baru tahun ini. Erick berharap BUMNU yang didampingi BUMN dapat menjadi faktor pendorong perekonomian umat berbasis pesantren. BUMNU adalah program kolaborasi antara BUMN dan unit usaha di bawah NU, yang diluncurkan pada akhir Februari 2022, saat peringatan hari lahir NU ke-99.

Berita Lainnya:
AirNav Terima 30 Laporan Penerbangan Balon Udara Liar Periode Lebaran 2024

Kedua, Program Santripreneur dan Santri Magang di BUMN, yang diharapkan dapat memberdayakan para santri dalam pengembangan ekosistem bisnis dan ekonomi syariah melalui perspektif ilmu fiqih yang dikuasai. Ketiga, Program Pertashop yang mana pesantren bisa mengisi rantai distribusi produk Pertamina untuk mendorong kemandirian ekonomi dengan pengelolaan kolektif. Keempat, Program Makmur, yang dapat membina dan membantu petani maupun kalangan pesantren dalam pengembangan agribisnis. Dalam program ini petani mendapatkan pendampingan, akses pembiayaan dan hasilnya juga dibeli oleh BUMN,” ucap Erick.

“Terakhir, BUMN memiliki program vokasi melalui tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) di 15 pesantren sebagai percontohan. Lalu, program beasiswa pendidikan S2 yang dapat diikuti guru dan pengajar di pesantren,” kata Erick menambahkan.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi