WHO: Asal Usul Covid-19 tak Dapat Disimpulkan Karena Data Awal dari China Hilang

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Perselisihan politik mengganggu penyusunan bersama penyebab awal pandemi Covid-19.

ADVERTISEMENTS

 JENEWA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (9/6/2022) mengatakan, penyelidikan terbarunya tentang asal-usul Covid-19 tidak dapat disimpulkan, karena data dari China hilang. Ini menjadi pukulan bagi upaya WHO menentukan bagaimana pandemi bermula.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS


Laporan dari panel ahli WHO mengatakan, semua data yang tersedia menunjukkan virus korona baru yang menyebabkan Covid-19 mungkin berasal dari kelelawar. Data yang hilang dari China terkait kasus pertama yang dilaporkan pada Desember 2019. Dengan demikian, WHO tidak mungkin mengidentifikasi secara pasti bagaimana virus pertama kali ditularkan ke manusia.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS


Hilangnya data ini akan menambah keraguan tentang kemungkinan menentukan bagaimana dan di mana virus itu muncul. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengirim surat kepada Pemerintah China sebanyak dua kali pada Februari tahun ini, untuk mencari informasi lebih lanjut. 

ADVERTISEMENTS


Asal mula pandemi, yang telah menewaskan sedikitnya 15 juta orang, telah dipolitisasi. Para ilmuwan mengatakan, penting untuk menetapkan asal usul pandemi dan penyebaran virus korona sehingga dapat mencegah wabah serupa di masa depan.

ADVERTISEMENTS


Tim di panel yang dikenal sebagai Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Asal Usul Patogen Novel (SAGO) mengatakan, penyelidikan mengenai asal usul virus korona tidak mungkin dilakukan karena kurangnya data. Mereka juga mengakui ada tantangan dalam menyelidiki asal usul virus korona. Salah satunya rentang waktu yang cukup lama setelah wabah awal muncul, sehingga identifikasi semakin sulit. Meski demikian, SAGO akan terus melanjutkan penyelidikan.

ADVERTISEMENTS


“Semakin lama, semakin sulit jadinya, kami berutang pada diri kami sendiri, kami berutang kepada jutaan orang yang meninggal dan miliaran orang yang terinfeksi,” ujar pejabat senior WHO Maria Van Kerkhove.

ADVETISEMENTS


 


sumber : Reuters

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version