Sholat Fardhu Makmum di Belakang Imam Sholat Sunnah? Ini Penjelasan Ibnu Qayyim

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Sholat berjamaah lebih utama dibandingkan dengan sholat sendirian

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA – Pada saat di masjid atau di tempat yang memungkinkan untuk beribadah, bolehkah kiranya seseorang yang mendirikan sholat fardhu berada di belakang atau menjadi makmum orang yang mendirikan sholat sunnah?  

ADVERTISEMENTS


Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Fikih Sholat menjelaskan, tidak mengapa orang yang sholat fardhu bermakmum di belakang orang yang sholat sunnah. Hal ini berdasarkan dengan riwayat dari Rasulullah SAW.  

ADVERTISEMENTS


Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah di antara beberapa macam sholat khauf ikut sholat dua rakaat bersama satu kelompok kemudian salam. Lalu ikut sholat lagi bersama kelompok yang lain dua rakaat dan kemudian salam.

ADVERTISEMENTS


Maka sholat yang pertama adalah fardhu sedangkan yang kedua adalah sunnah, sedangkan orang-orang yang di belakangnya melakukan sholat fardhu.  

ADVERTISEMENTS


Dalam kitab Shahih Bukhari, terdapat riwayat dari Muadz bin Jabal bahwa dia sholat Isya bersama Rasulullah SAW kemudian dia kembali kepada kaumnya dan ikut sholat bersama mereka. Maka bagi Muadz sholat itu adalah sunnah, sedangkan bagi yang lain adalah fardhu. 

ADVERTISEMENTS


Contohnya apabila seseorang datang ke masjid pada bulan Ramadhan ketika mereka sedang melaksanakan sholat tarawih sedangkan dia belum menunaikan sholat Isya.

ADVERTISEMENTS


Maka dia dapat melakukan sholat Isya bersama agar bisa mendapatkan keutamaan sholat berjamaah. Maka apabila imam salam, menurut Ibnu Qayyim, dia harus berdiri dan menyempurnakan sholatnya. 

ADVERTISEMENTS


Keutamaan sholat jamaah 

ADVERTISEMENTS


Sholat berjamaah mempunya sejumlah keutamaan. Baik bagi imam atau makmum. Keutamaan ini banyak ditegaskan dalam sabda Rasulullah Muhammad SAW, di antaranya adalah sebagai berikut: 


Pertama, bagi orang yang sholat berjamaah maka akan disiapkan surga baginya. 


مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ، أَوْ رَاحَ، أَعَدَّ اللهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ نُزُلًا، كُلَّمَا غَدَا، أَوْ رَاحَ “Barang siapa pergi ke masjid pada awal dan akhir siang, maka Allah akan menyiapkan baginya tempat dan hidangan di surga setiap kali dia pergi.” (HR Bukhari dan Muslim).


Kedua, sholat berjamaah 27 derajat lebih baik, dari Ibnu Umar, Rasulullah ﷺ bersabda:


صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً “Sholat  berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendirian.” (HR  Al-Bukhari).


Ketiga, rajin sholat berjamaah juga artinya mengikuti generasi awal Islam yang rajin berjamaah. Terdapat sebuah atsar dari dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: 


مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ غَدًا مُسْلِمًا فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلاَءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ فَإِنَّ اللَّهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- سُنَنَ الْهُدَى وَإِنَّهُنَّ مِنْ سُنَنِ الْهُدَى وَلَوْ أَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِى بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّى هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِى بَيْتِهِ لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ


“Barangsiapa yang ingin bergembira ketika berjumpa dengan Allah besok dalam keadaan Muslim, maka jagalah sholat ini (yakni sholat jamaah) ketika diseru untuk menghadirinya. Karena Allah telah mensyariatkan bagi Nabi kalian SAW sunanul huda (petunjuk Nabi). Dan sholat jamaah termasuk sunanul huda (petunjuk Nabi).     


 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version