Senin, 06/05/2024 - 05:26 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Kebiasaan Makan yang Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Dini, Jangan Lakukan

ADVERTISEMENTS

Menambahkan garam dapur pada masakan perlu dilakukan secara bijak.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

JAKARTA — Menaburkan garam tambahan ke dalam makanan memang bisa membuat makanan tersebut terasa lebih nikmat. Namun di balik rasa yang lezat tersebut, ada risiko kematian dini yang ikut meningkat.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


Pengaruh kebiasaan menaburkan garam tambahan terhadap risiko kematian ini diungkapkan dalam sebuah studi pada jurnal European Society of Cardiology. Studi ini melibatkan 501.379 warga Inggris sebagai partisipan pada periode 2006-2010.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Dalam studi ini, para partisipan diminta untuk menjawab kuesioner yang menanyakan apakah mereka menaburkan garam tambahan ke makanan mereka. Garam yang dimaksud adalah garam yang yang ditambahkan setelah makanan sudah dimasak, tidak termasuk garam yang digunakan saat memasak.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh


Setelah menyesuaikan berbagai faktor risiko lain, seperti usia hingga masalah kesehatan para partisipan, tim peneliti menemukan bahwa orang-orang yang selalu menaburkan garam tambahan ke makanan mereka memiliki risiko 28 persen lebih tinggi untuk mengalami kematian dini. Kematian dini ini dideskripsikan sebagai kematian yang terjadi sebelum umur 75 tahun.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Keluarga: Penerimaan Jadi Kunci Bantu Perkembangan Anak dengan Kebutuhan Khusus


Kebiasaan ini juga dapat menurunkan harapan hidup orang-orang ketika sudah mencapai usia 50 tahun. Pada wanita, kebiasaan menabur garam tambahan bisa menurunkan harapan hidup dengan rerata 1,5 tahun, dan pada pria 2,28 tahun.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


“Studi epidemiologis ini merupakan studi pertama yang melihat hubungan antara garam tabur di meja makan dengan seberapa sering orang-orang menggunakannya,” jelas ahli gizi peraih penghargaan, Toby Amidor MS RD CDN FAND, seperti dilansir Eat This Not That, Rabu (3/8/2022).

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh


Temuan ini sebenarnya menyoroti soal dampak dari konsumsi garam atau sodium berlebih terhadap kesehatan. Selain garam tabur, asupan garam atau sodium sebenarnya juga bisa didapatkan dari berbagai sumber lain, seperti makanan cepat saji dan makanan kaleng.


“Menambahkan garam dapur sebenarnya bukan sumber utama dari asupan sodium kita,” ujar Amidor.


Meski begitu, menambahkan garam dapur pada masakan tetap perlu dilakukan secara bijak. Bila ingin mengonsumsi makanan kaleng, Amidor juga menganjurkan untuk memilih makanan kaleng tanpa tambahan garam atau rendah sodium.

Berita Lainnya:
Makanan di Acara Halalbihalal Enak-Enak, Bagaimana Cara Jaga Badan Supaya Tetap Sehat?


“Penelitian juga mengungkapkan bahwa sodium (dari makanan kaleng) bisa dihilangkan hingga 40 persen dengan cara mencucinya di air,” kata Amidor.


Cara lain untuk menurunkan konsumsi sodium adalah dengan menggunakan bumbu dapur yang rendah sodium. Misalnya, kaldu bubuk ayam rendah sodium atau kecap asin rendah sodium.


Kebiasaan makan di luar rumah juga membuka peluang yang lebih besar untuk mengonsumsi sodium secara berlebihan. Alasannya, sebagian besar makanan yang dijual memiliki kandungan sodium yang tinggi, setidaknya 75 persen dari kebutuhan sodium harian. Oleh karenanya, asupan garam atau sodium bisa ditekan dengan cara mengurangi frekuensi makan di luar rumah.


“Bijak dalam menggunakan garam dapur tentu merupakan metode yang bisa menurunkan konsumsi (sodium). Tapi ada lebih banyak sumber sodium lain yang tak boleh dilupakan ketika ingin mengubah kebiasaan mengonsumsi sodium,” ujar Amidor.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi