Kamis, 02/05/2024 - 19:38 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Subvarian BA.4.6 Lebih 'Senang' Mampir ke Pasien yang Sudah Pernah Terinfeksi

ADVERTISEMENTS

Upaya melawan subvarian BA.4.6 dinilai tak cukup hanya dengan vaksin.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

oleh Dian Fath Risalah

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Mutasi varian Covid-19 masih terus terjadi. Selain Omicron BA.4 dan BA.5, kini muncul lagi subvarian Omicron BA.4.6 yang disebut lebih menular dibandingkan varian lainnya. Laporan Centres for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyebutkan, 4,1 persen kasus Covid-19 di negara itu mendeteksi subvarian baru Omicron BA.4.6 hingga 30 Juli 2022.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Meski angka kasus nasional di Amerika terhitung 4,1 persen tetapi di empat negara bagian Amerika yaitu Iowa, Kansas, Missouri, dan Nebraska angkanya mencapai 10,7 persen. Bahkan BA.4.6 sudah dilaporkan ada di 43 negara, dan diperkirakan sudah ada sejak beberapa pekan yang lalu.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, gejala dari subvarian Omicron ini hampir serupa dan lebih dominan di saluran napas atas. Jika terpapar, gejala didominasi dengan gatal di tenggorokan dan flu.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

“Memang varian ini untuk menyerang paru berkurang saat ini, tapi bukan tidak ada ya. Bisa fatal juga. Tapi lebih berkurang dari Delta,” ujar Dicky kepada Republika, Rabu (10/8/2022).

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Bahkan, sebagian besar yang terinfeksi BA.4.6 adalah mereka yang pernah terinfeksi atau yang memiliki kekebalan dari vaksinasi. Sehingga, saat ini tidak bisa hanya dengan mengandalkan vaksin ataupun pernah terinfeksi.

Berita Lainnya:
Bus Rosalia Indah Nyungsep di Batang, 7 Penumpang Tewas

“Tetap vaksin punya peran agar tidak terjadi keparahan lebih. Namun, pesan pentingnya tidak bisa andalkan vaksin dan terinfeksi, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), 5 M dan 3T itu yang harus tetap dilakukan selama masih pandemi,” tegas Dicky.

Dicky menambahkan, bila melihat progres peningkatan subvarian ini bahkan sudah mencapai 25 persen per pekan di Australia dan AS. Meskipun sebarannya masih di bawah subvarian BA.4 dan BA.5, namun tidak menutup kemungkinan subarian BA.4.6 akan mendominasi di kemudian hari.

“BA.4.6 ini trennya bisa menginfeksi dan reinfeksi ini membuat potensi mendominasi dengan kemampuannya terus bertambah artinya punya kemampuan,” kata dia.

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI sekaligus Guru Besar FKUI, Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan berdasarkan laporan yang ada, sudah ada setidaknya 5.681 sampel BA.4.6 dalam tiga bulan terakhir ini. “Dan ini juga sudah dimasukkan dalam database dari GISAID (Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data) yang sudah kita kenal luas,” ujar Tjandra kepada Republika, Rabu (10/8/2022).

Kemudian, informasi yang dikutip dari dari The Centre for Medical Genomics at di Rumah Sakit Ramathibodi Thailand menyebutkan BA.4.6 lebih mudah menular hingga 15 persen lebih tinggi daripada BA.5 di dunia secara umum. Bahkan, BA.4.6 juga nampaknya dapat sampai 28 persen lebih mudah menular daripada BA.5 di Asia.

Berita Lainnya:
Artis Inisial P Diduga Terlibat Pencucian Uang Senilai 4,4 Triliun, Sudah Dilapor ke KPK tapi Mandek

“BA.4.6 juga 12 persen lebih mudah menular dibanding BA.2.75 di dunia secara umum, dan bahkan dapat sampai 53 persen lebih mudah menular dari BA.2.75 di Asia,” ungkap Tjandra.

Selain itu, subvarian BA.4.6 secara genomik agak mirip dengan BA.4.6. Perbedaannya adalah pada mutasi Spike atau tonjolan R346T.

Secara umum, lanjut Tjandra, belum ada bukti bahwa BA.4.6 akan menimbulkan penyakit lebih berat, atau apakah dapat menghindar dari imunitas, atau apakah resisten terhadap vaksin. Oleh karenanya ia meminta masyarakat untuk tidak terlalu khawatir.

“Tentu kita tidak perlu kawatir berlebihan dengan kembali adanya subvarian baru ini, karena varian/subvarian baru memang mungkin akan ada dari waktu ke waktu. Tetapi, perkembangan ini juga tidak boleh dianggap remeh. Perlu diperiksa dengan amat cermat tentang kemungkinan ada tidaknya BA.4.6 di negara kita, apalagi di tengah kenaikan kasus sekarang ini,” tutur Tjandra.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, dr Mohammad Syahril memastikan hingga kini varia BA.4.6 belum terdeteksi di Indonesia. Namun, ia tetap meminta masyarakat untuk selalu waspada.

“Yang ini (BA.4.6) belum ada, belum itu. BA.4 dan BA.5 yang sudah ada saat ini. Kemudian BA.25,” ujar Syahril, hari ini.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi