Namun di sisi lain, AI juga akan menciptakan 27 juta hingga 46 juta lapangan pekerjaan baru. Dari puluhan juta lapangan pekerjaan tersebut, 10 juta di antaranya merupakan jenis pekerjaan yang benar-benar baru yang sebelumnya memang tidak ada.
Untuk dapat memasuki dunia kerja masa depan, menurut Herawati, pekerja harus memiliki ketrampilan abad ke-21 seperti cara berpikir yang inovatif dan kreatif, cara bekerja yang komunikatif dan kolaboratif, dukungan sarana bekerja berupa literasi informasi, serta cara hidup yang baik sebagai warga negara yang memiliki tanggung jawab pribadi dan sosial.
Herawati mengingatkan bahwa saat ini Indonesia menghadapi persoalan SDM pembangunan yang cukup serius. Data World Economic Forum menunjukkan bahwa daya saing SDM Indonesia berada pada urutan ke-45 dari 140 negara, dan tingginya angka pengangguran baik tingkat sarjana maupun level menengah ke bawah. Lebih dari 40,5 persen SDM Indonesia hanya lulusan sekolah dasar dan ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat yang harus segera di atasi oleh pemerintah.
“Mengejar ketertinggalan dari negara lain, inovasi menjadi kunci penting. Lembaga pendidikan harus mampu melahirkan wirausahawan-wirausahawan muda yang mampu berinovasi menghasilkan produk yang memiliki daya saing global,” tegas Herawati.
Dyah Puspito dalam paparannya menyebut beberapa jenis pekerjaan yang mungkin akan digantikan oleh AI antara lain pekerja konstruksi, pemotong daging, satuan pengaman, peyugas administrasi pajak, operator pemindahan barang, petugas akuntansi, tukang sapu jalan, operator alat pembersih, kurir, pekerja panen buah-buahan, petugas pom bensin, pengecat bangunan, dan lainnya.
“Sedang pekerjaan yang sulit digantikan atau tidak mungkin digantikan AI antara lain pelukis dan pemahat, fotografer, penulis, composer, animantor, penari, penyanyi, penata rias, pengrajin, sutradara, perancang grafis, dosen, terapis dan lainnya,” jelas Dyah Puspito.
AI, dikatakan Dyah, sebenarnya telah banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti asisten virtual, AI camera, menggantikan tenaga manusia untuk jenis pekerjaan berbahaya dengan robot, menerapkan rumah pintar berbasis AI dan IoT, memanfaatkan GPS untuk mendeteksi satu lokasi, self driving car, dan lainnya.
Seiring meningkatnya pengembangan AI, Kemen Kominfo mendukung Strategis Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia 2020-2025 melalui empat pilar, yakni infrastruktur digital, pemerintahan digital, ekonomi digital, dan masyarakat digital.
Sumber: Republika