Krisis Energi di Jerman Bisa Semakin Buruk

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Jerman sebut pasokan gas masih terjamin tapi kemungkinan akan semakin memburuk

ADVETISEMENTS

BERLIN — Regulator jaringan energi Jerman mengatakan situasi pasokan gas di negara itu saat ini masih terjamin. Tapi kemungkinan situasi semakin memburuk dan tegang tidak bisa dikesampingkan.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Pernyataan Sabtu (3/9/2022) disampaikan setelah perusahaan energi Rusia, Gazprom memperpanjang pemeliharaan pipa gas Nord Stream 1. Rusia batalkan tenggat waktu untuk mengembalikan pasokan gas melalui jaringan pipa itu dengan alasan mereka menemukan kebocoran minyak di turbin.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

“Kerusakan yang dituduhkan pihak rusia bukan alasan teknis untuk menghentikan operasi,” kata regulator Jerman dalam laporan situasi gas harian.

ADVERTISEMENTS

Pada Kamis (1/9/2022) lalu Gazprom mengumumkan menangguhkan semua pasokan gas ke Jerman via pipa Nord Stream 1. Langkah tersebut berpotensi besar memicu krisis energi di Jerman.

ADVERTISEMENTS

“Pasokan (gas) lewat Nord Stream sepenuhnya terhenti karena pekerjaan pencegahan dimulai hari ini di unit kompresor gas,” kata Gazprom dalam sebuah pernyataan singkat, Rabu (31/8/2022), dilaporkan laman TRT World.

Menurut Gazprom, pekerjaan di unit kompresor tersebut bakal berlangsung hingga Sabtu (3/9/2022) mendatang. Gazprom mengatakan, turbin satu-satunya yang ada di stasiun kompresor Portovaya, memerlukan perbaikan.

Sementara itu, Kepala Federal Network Agency (FNA) Jerman Klaus Mueller mengatakan, secara teknis, keputusan Gazprom tak dapat dipahami. Menurutnya, pekerjaan pemeliharaan Nord Stream hanyalah dalih Moskow untuk menggunakan pasokan energi sebagai ancaman.

Muller menuding, penghentian pasokan itu adalah cara menghukum Jerman karena memihak Ukraina sejak invasi oleh Rusia. Sebelumnya, Rusia memang telah mengurangi pasokan gasnya ke negara lain Eropa yang diketahui memihak Ukraina.

“Kita hanya akan tahu pada awal September apakah Rusia melakukannya lagi,” ucapnya, dikutip laman TRT World.


sumber : Reuters

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version