Pengabdian Masyarakat UI di Sumedang Sasar Kesenian Tradisi di Lingkungan Keraton

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Sumedang memiliki banyak potensi daerah di bidang budaya yang dapat digali.

ADVETISEMENTS

SUMEDANG — Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) bidang kebudayaan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kegiatan tersebut berlangsung dari 2 September hingga 4 September 2022.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS


Ketua Tim Pengmas UI di Sumedang, Dr Syahrial, mengatakan Kabupaten Sumedang memiliki latar belakang Sunda yang kuat, terutama tradisi lisan. “Sebagai pelaku budaya Sunda, masyarakat Sumedang memiliki seni tradisi yang masih dipraktikkan dalam berbagai upacara adat atau pertunjukan seni di desa ataupun di kota,” katanya kepada Republika, Sabtu (3/9/2022).

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS


Walaupun demikian, menurut Dr Syahrial, beberapa dari seni tradisi masyarakat tersebut, ada pula yang hampir atau terancam punah sehingga perlu direvitalisasi. Dia mengatakan, kegiatan pengmas ini pun akan menyasar kesenian tradisi yang terdapat di lingkungan Keraton Sumedang Larang. “Seni tradisi yang menjadi objek pengabdian masyarakat ini adalah Gamelan Sari Oneng,” katanya.

ADVERTISEMENTS


Berdasarkan sejarahnya, Gamelan Sari Oneng sering dimainkan dan sudah menjadi tradisi di kalangan keraton. Dr Syahrial pun berharap, Gamelan Sari Oneng dapat dikembangkan agar tidak mengalami kepunahan dan dapat dinikmati masyarakat luas, termasuk generasi milenial. “Untuk menginspirasi masyarakat, terutama anak muda untuk peduli terhadap kebudayaan Sunda,” katanya.

ADVERTISEMENTS


Maka itu, dia mengatakan, topik yang diangkat dalam kegiatan pengmas ini adalah pengembangan Gamelan Sari Oneng sebagai milik masyarakat Sunda di Kabupaten Sumedang, khususnya Keraton Sumedang Larang. Dengan begitu, menurut dia, Gamelan Sari Oneng dapat lebih dikenal dan dinikmati oleh masyarakat luas. “Pengembangan ini sekaligus juga dapat memperkuat kepariwisataan Sumedang, jati diri Sumedang sebagai pusat Sunda, dan bisa memperkaya khazanah kebudayaan Indonesia,” katanya. 


Kegiatan pengmas UI ini pun disambut baik oleh pihak Keraton Sumedang. Ketua Yayasan Nazhir Wakaf Pangeran Sumedang, Lucky Djohari Soemawilaga mengatakan, mendukung kegiatan Pengmas UI di Sumedang ini karena berkaitan dengan fungsi keraton sebagai pusat pengembangan dan pelestarian budaya. “Fungsi keraton harus hidup agar terasa manfaatnya bagi masyarakat. Keraton juga harus memberikan nilai dan manfaat. Jadi bukan hanya melihat jejak masa lalu, tapi bagaimana jejak masa lalu ini menjadi pijakan aktivasi sebuah value untuk masa yang akan datang,” ujarnya. 


Menurut Lucky, kini masyarakat, termasuk generasi muda mulai tertarik untuk menggali nilai-nilai budaya Sunda dengan adanya kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan keraton. “Jadi sebetulnya, keraton itu menggali dan mengembangkan potensi kekuatan budaya yang dimiliki. Kekuatan ini banyak manfaatnya. Jadi bukan untuk orang tua, tetapi kaum muda, sekarang yang banyak merespons, terutama dari komunitas-komunitas yang beragam, dan bukan hanya masyarakat adat,” katanya.


Sumedang saat ini sudah ditetapkan sebagai “Puseur Budaya Sunda”. Penetapan itu berdasarkan Peraturan Daerah (perda) Kabupaten Sumedang No 1 Tahun 2020 tentang Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS). Dengan adanya perda tersebut diharapkan, Sumedang menjadi episentrum budaya Sunda.


Mengenai budaya Sunda, salah satu anggota tim dosen Pengmas UI, Assa Rahmawati menambahkan, Sumedang memiliki banyak potensi daerah di bidang budaya yang dapat digali. Apalagi, jika ditilik dari sumber kesejarahan, ada kaitan antara Cina dan Sumedang. “Hubungan yang mempererat kebudayaan antara Cina dan Sunda, terutama di Sumedang, seperti melalui kuliner dan pernikahan,” kata Assa yang juga merupakan dosen Sastra Cina UI.


Kegiatan Pengmas bidang kebudayaan ini dilaksanakan oleh tiga dosen Universitas Indonesia, yakni Dr Syahrial, Prof Cecep Eka Permana, dan Assa Rahmawati, M.Hum, juga empat orang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UI, yakni Rimba Tiani, Shastia Chita, Suhargo, dan Seto. Melalui kegiatan Pengmas ini, Universitas Indonesia yang juga bermitra dengan Pemda Sumedang dan Keraton Sumedang bersama-sama ingin membangun semangat agar Gamelan Sari Oneng sebagai makin dikenal oleh masyarakat luas. 


Secara teknis, Dr Syahrial menjelaskan, lanjutan dari kegiatan pengmas ini adalah forum group discussion (FGD). Rencananya, UI akan memfasilitasi diskusi mengenai kesenian gamelan di Sumedang, yang mempertemukan antara ahli gamelan dan masyarakat pelaku tradisi. Tujuannya dari FGD ini untuk menemukan formula revitalisasi bagi keberlangsungan tradisi kesenian tersebut di Sumedang pada masa mendatang.


Selain itu, menurut dia, hasil dari kegiatan pengmas bidang kebudayaan di Sumedang ini, di antaranya publikasi melalui platform digital, publikasi lewat media massa dan media sosial, film dokumenter Gamelan Sari Oneng, dan penyusunan buku, yang nantinya dapat didistribusikan dan disebarkan ke sekolah-sekolah yang ada di Sumedang.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version