Selasa, 07/05/2024 - 09:53 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Kepala BRIN: Jadi Negara Maju Harus Miliki Riset yang Kuat

ADVERTISEMENTS

Kepala BRIN sebut tidak mungkin jadi negara maju tanpa dukung riset yang kuat.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

JAKARTA — Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menyebutkan, untuk dapat meningkatkan pendapatan perkapita, yang menjadi salah satu tolak ukur negara maju, maka perlu menghasilkan nilai tambah ekonomi dari berbagai komoditas. Karena itu, kata dia, riset harus menjadi bagian penting dari upaya pemerintah untuk menjadi negara maju.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah


“Untuk bisa memberikan nilai tambah itu, tentu kita perlu riset. Itu pula sebabnya negara maju risetnya kuat dan maju. Negara maju tidak mungkin tanpa riset yang kuat. Karena kalau tidak punya riset yang kuat, kita hanya bisa jualan bahan mentah saja. Nilai tambahnya rendah dan tidak signifikan,” kata Handoko dilansir dari laman BRIN, Sabtu (19/11/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Meski begitu, Handoko tidak menutup mata jika riset di Indonesia saat ini masih jalan di tempat. Menurut dia, hal itulah yang menjadi pemikiran dasar dari lahirnya keputusan politik yang besar dari presiden untuk membentuk BRIN.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh


“Kita harus akui ada sesuatu yang kurang. Selama 50 tahun ini dari tahun 70-an itu, Malaysia bergerak cepat, Thailand juga bergerak cepat. Tapi sayangnya kita itu seperti jalan di tempat,” kata dia.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Rekomendasi Tempat Sewa Mobil Mewah di Bali, Ini yang Direkomendasikan


Handoko mengatakan, hal itu disebabkan oleh adanya permasalahan fundamental riset, yaitu rendahnya sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, dan anggaran.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


Dia mengatakan, tiga komponen input riset tersebut di Indonesia rendah karena harus tercecer di berbagai lembaga penelitian dan pengembangan (litbang). Karena itu BRIN dibentuk untuk memecahkan permasalahan fundamental tersebut.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh


Dari tiga komponen tadi, kata Handoko, SDM berperan paling besar. Hanya saja saat ini, kata dia, jumlah SDM unggul masih sedikit. Padahal, Indonesia memiliki potensi dengan jumlah SDM yang besar. Dia melihat Indonesia masih punya banyak pekerjaan rumah dalam mencetak SDM unggul.


“Kita masih punya banyak PR dalam mencetak SDM unggul. Jadi kita harus memperbanyak percepatan juga untuk memperbaiki SDM Unggul yang memiliki kapasitas dan kompetensi,” ujar dia.


Handoko megatakan, Indonesia tidak boleh lagi mengulangi kesalahan yang sama dengan hilangnya generasi periset unggul. Menurut dia, sejak Indonesia merdeka, bangsa ini pernah mengalami tiga kali kehilangan generasi periset.


Pertama, saat Indonesia merdeka dengan kehilangan periset yang mayoritas orang belanda dan orang pribumi masih belum siap. Kedua, saat setelah Gerakan 30S PKI, di mana banyak orang yang dikirim oleh Bung Karno ke berbagai negara, dan tidak bisa kembali karena situasi politik.

Berita Lainnya:
Rencana Jalan Tol Dalam Kota Bandung Dianggap Mimpi Buruk


Ketiga, saat era Pak Habibie yang mengirimkan ribuan orang belajar ke berbagai negara. Bedanya, saat mereka kembali ke Indonesia, sistem pendukung belum siap sehingga praktis hanya 30 persen saja yang tersisa dari ribuan alumni.


Hal itu, kata Handoko, harus menjadi pembelajaran supaya tidak mengulangi hal yang sama. Itu sebabnya BRIN melakukan penguatan sistem pendukung untuk periset, penguatan ekosistem serta infrastrukturnya.


Di antaranya melalui dua program utama BRIN yang sudah dilansir sejak dua tahun lalu, yaitu mobilitas periset dengan delapan skema, dari mulai untuk mahasiswa tingkat akhir S1 sampai postdoct, sampai profesor. Kedua hibah riset yang memiliki sembilan skema.


“Itu sebenarnya dibuat untuk mencegah supaya mereka bisa bertahan. Kita sebenarnya juga menarik para diaspora dengan membuka 500 lowongan untuk lulusan PhD setiap tahun. Supaya mereka bisa bertahan, dan alhamdulillah dari sisi supporting system sudah komplet, karena kita sudah mengkonsolidasi sumber daya, anggaran dsb. Sehingga kita bisa menyediakan semuanya. Orang tidak lagi bingung enggak punya alat misalnya, ga bingung anggaran, hibah riset ada semua bidang,” ujar dia.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi