Sejak 20-an tahun, memulai aktivitas mendorong budaya literasi dari Desa Anjarsari lalu ke Soreang di Kabupaten Bandung. Ikhtiar ini berlanjut di Desa Winduraja, Kawali, Ciamis.
Di ranah ekonomi, Bahlil Lahadalia adalah salah satu contoh sukses meneruskan apa yang telah dirintis oleh beberapa KAHMI sebelumnya seperti Abdul Latif, Jusuf Kalla, dan beberapa senior lain yang berproses di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Sejak Bahlil menjadi Ketua Umum HIPMI, geliat KAHMI menjadi pengusaha di sebagai daerah tumbuh subur. Kini tampak terus menggeliat dilanjutnya Eka Sastra sebagai pelaksana tugas Ketum HIPMI dan calon penggantinya Anggawira.
Di dunia profesional berderet alumni mulai dari komisaris hingga direksi di berbagai perusahaan swasta maupun BUMN. Lebih banyak kolaborasi di ranah lain seperti pendidikan, jurnalis, aktivis masjid, aktivis lingkungan, kesehatan, advokasi hukum, dan sebagainya menjadi pilar kemajuan umat dan bangsa.
KAHMI, sebagaimana HMI, secara historis menyandang nama besar. Kebesaran dan sebaran alumni HMI yang begitu luas, ada di mana-mana, tentu membawa konsekuensi tanggung jawab sejarah dan moral yang seimbang.
Keseriusan KAHMI secara institusi mengorkestrasi potensi keluarga besar di berbagai sektor adalah tugas yang mendesak untuk dilakukan. Mempromosikan mereka yang tetap setia pada komitmen dasar keumatan dan kebangsaan. KAHMI perlu tampil lebih di depan menyusun jamaah, merapatkan dan meluruskan barisan untuk Islam dan Indonesia Maju.
Berjamaah untuk Indonesia Maju, Nurcholish Madjid atau Cak Nur sering menyebut konsep umatan washatan (umat penengah) atau titik temu keragaman. KAHMI menjadi perajut kolaborasi, berbagai golongan, profesi, bahkan perbedaan agama di titik tertentu. Dengan seperti itu, KAHMI akan menjadi kapal besar menuju terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Semoga!
Sumber: Republika