Masjid Agung Lhasa, Salah Satu Masjid Tertinggi di Bumi

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Masjid Agung Lhasa berdiri di lebih dari 3.650 meter di atas permukaan laut.

ADVERTISEMENTS

 LHASA — Berdiri di lebih dari 3.650 meter di atas permukaan laut, Masjid Agung Lhasa juga dikenal sebagai Masjid Hebalin di Daerah Otonomi Tibet, China. Masjid ini dianggap sebagai salah satu masjid tertinggi di dunia.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Masjid yang awalnya dibangun pada 1716 ini mengalami renovasi pada 1959 hingga berubah total menjadi tampilan bangunan saat ini. Masjid ini memiliki halaman tiga pintu masuk yang mencakup area seluas 2.600 meter persegi. Area pembangunannya seluas 1.300 meter persegi yang terdiri dari mushala, gedung Pai, gedung bunker, tempat wudhu, kamar mandi, dan fasilitas lainnya.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

Mushala terletak di sebelah barat seluas 285 meter persegi yang terdiri dari aula dalam, aula terbuka, dan mimbar utama. 

ADVERTISEMENTS

Arsitektur Unik

ADVERTISEMENTS

Dilansir dari About Islam, Sabtu (21/1/2023), arsitektur bangunannya adalah gaya arsitektur Zang tradisional dan juga menggabungkan fitur religius dan  lokal. Masjid dibangun dengan gaya tradisional Tibet dengan lengkungan melingkar dan menara. Bagian dalam masjid dihiasi dengan bunga dan tanaman hias bergaya Islami.

ADVERTISEMENTS

Berbagai sumber memperkirakan umat Islam berkisar antara 1 hingga 3 persen dari total populasi China, yang didominasi oleh campuran khusus kepercayaan spiritual di antaranya Konfusianisme, Taoisme, Buddhisme China, dan ideologi rakyat China, bersama dengan ateisme.

ADVETISEMENTS

Kelompok Muslim terbesar di China adalah Hui, yang jumlah populasinya sekitar 9,8 juta jiwa, menurut sensus tahun 2000. Mereka diikuti oleh Dongxiang, yang berjumlah sekitar 514 ribu, kemudian Salar yang membentuk sekitar 105 ribu, dan Bonan dengan 17 ribu orang. Komunitas Muslim China ini berbeda dengan Muslim Uighur yang tinggal di Xinjiang, yang menjadi bagian dari China setelah perang saudara China pada 1949.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version