Selasa, 07/05/2024 - 21:14 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Di Balik Kesuksesan Hakim Hebat Syuraih Al Qadi, Terpendam Kisah Pilu Semasa Kecil

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA – Bagi yang senang membaca literatur sejarah peradilan di masa awal Islam, nama Syuraih bin Al Jahm (Syuraih Al Qadi) tentu sudah tidak asing lagi. Dia adalah sosok hakim terkenal dari masa kekhalifahan Umar bin Khattab hingga kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Namun kali ini bukan bicara soal sepak terjangnya sebagai hakim, tetapi tentang dirinya di waktu kecil. Kehidupan di masa kecilnya terbilang cukup kelam, terutama di lingkungan anak-anak seusianya. 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Saat usia lima tahun, sang ayah menemani Syuraih dalam sebuah perjalanan kafilah dagang. Dalam perjalanan ini ada anak-anak yang ikut, tetapi mereka menolak bermain dengan Syuraih, sehingga Syuraih memilih bermain sendirian. 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Dari kejauhan, sang ayah melihat Syuraih sedang bermain sendirian dan dia khawatir terjadi sesuatu pada putranya bila datang bandit-bandit. Lantas menyuruh Syuraih dengan keras agar segera bermain dengan bocah-bocah yang lain. 

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Syuraih pun menemui bocah-bocah itu, tetapi yang terjadi dia malah ditertawakan. Tak berhenti di situ, bocah-bocah tersebut kemudian menemui ayah Syuraih dan menyebut putranya tidak ingin bermain dengan mereka.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Mendengar ucapan mereka, Syuraih dipukul ayahnya, dan tidak bisa membuktikan bahwa bocah-bocah itu telah berbohong. Tidak ada pula orang yang dapat memberikan saksi untuk membantunya. 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Makanan yang Dihidangkan untuk Penghuni Neraka

Apa yang dialaminya ini membekas dalam dirinya. Sekaligus memberi pengaruh yang besar bagi jiwa dan pikirannya tentang apa itu ketidakadilan dan kebenaran yang perlu dibuktikan. 

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Sejak itulah dia bertekad menjadi sang pembela bagi mereka yang lemah dan tertindas. Kelak di masa depan dia menjadi hakim yang dikenal karena keadilannya. 

Syuraih pertama kali menjabat sebagai hakim pada usia 47 tahun, dan saat itu ia menjadi hakim pertama di Kufah. Tinggal di sana selama 60 tahun, sampai usia 107 tahun. 

Ada hal unik yang dimiliki Syuraih selama menjabat sebagai hakim. Di atas tempat dia duduk, tertulis, “Orang yang menindas, sekalipun kamu menghakiminya, menanti hukuman. Sedangkan orang yang tertindas, sekalipun kamu menghakiminya, menanti keadilan.” 

Juga terdapat sabda Nabi Muhammad, “Jika kalian berselisih, sungguh aku hanyalah seorang manusia. Maka siapapun lelaki yang mengurangi hak saudaranya, dia tidak berhak mendapatkannya. Dan itu akan menjadi sepotong api yang mengelilinginya di Hari Kiamat.” 

Salah satu kisah populer tentang kehebatan Syuraih, yaitu ketika dia memutus perkara antara Ali bin Abi Thalib yang saat itu sebagai khalifah, dengan seorang Nasrani. 

Berita Lainnya:
Kisah Cicit Nabi Nuh Ngelmu Sihir Hingga Tega Bunuh Ayahnya Sendiri 

Keduanya berselisih tentang sebuah perisai dan sama-sama mengaku sebagai pemilik perisai tersebut. Ali mengatakan kepada Syuraih bahwa perisai itu adalah miliknya. “Wahai Syuraih, perisai ini milikku. Aku tidak menjualnya dan tidak pula memberikannya,” kata Ali. 

Baca juga: Ketika Sayyidina Hasan Ditolak Dimakamkan Dekat Sang Kakek Muhammad SAW

Lalu Syuraih bertanya kepada orang Nasrani itu, soal tanggapannya terhadap apa yang disampaikan oleh Amirul Mukminin. Orang Nasrani ini juga mengaku sebagai pemilik perisai yang dimaksud. 

“Perasai itu tidak lain adalah perisaiku, dan Amirul Mukminin bukanlah pendusta bagiku,” kata orang Nasrani tersebut. Kemudian Syuraih menoleh ke Ali, dan bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, engkau punya bukti?” Lalu Ali menjawab, “Aku tidak punya bukti.” 

Berdasarkan perkataan kedua belah pihak, Syuraih memutuskan bahwa perisai itu milik orang Nasrani. Namun orang Nasrani ini merasa heran karena ada seorang hakim yang mengadili pemimpinnya.

“Amirul Mukminin telah membawaku ke hakimnya, dan hakimnya malah akan mengadili dirinya,” kata orang Nasrani itu. Kemudian dia memeluk Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat. Lalu dia berkata, “Demi Allah, perisai ini milikmu, wahai Amirul Mukminin.”

 

Sumber: youm7    

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi