Rabu, 01/05/2024 - 09:26 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

Rasisme Terhadap Muslim di Eropa Telah Meningkat Signifikan

ADVERTISEMENTS

KOPENHAGEN — Ujaran kebencian dan rasisme terhadap Muslim di Eropa telah meningkat secara signifikan. Kepala Pusat Peradaban Hamad bin Khalifa di Kopenhagen, Abdul Hamid Al-Hamdi mengatakan, ujaran kebencian terhadap Muslim di Eropa dapat mengancam koeksistensi dalam masyarakat.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

“Fenomena kebencian terhadap Muslim Eropa telah menjadi topik diskusi di sebagian besar media Eropa dan telah diakui oleh beberapa departemen pemerintah,” kata Al-Hamdi, dilaporkan Middle East Monitor, Selasa (25/7/2023).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Al-Hamdi mengatakan, Kementerian Dalam Negeri Jerman menerbitkan sebuah laporan yang menyimpulkan bahwa minoritas Muslim di Jerman adalah yang paling rentan terhadap diskriminasi rasial dan ujaran kebencian.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Pada akhir Juni, Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan laporan yang disiapkan oleh Kelompok Pakar Independen tentang Permusuhan terhadap Muslim. Laporan itu menyatakan bahwa sepertiga Muslim di Jerman menderita permusuhan karena agama mereka.  

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Yordania Tegaskan Wilayah Udaranya Bukan Medan Tempur Iran-Israel

“Laporan ini mungkin khusus untuk Muslim di Jerman saja, tetapi pemandangannya hampir sama di seluruh benua Eropa,” ujar Al-Hamdi.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Sekitar 5,5 juta Muslim tinggal di negara Eropa. Al-Hamdi mengatakan, manifestasi rasisme di Eropa terjadi dalam berbagai bentuk. Mulai dari kasus individu, ketika umat Islam mengalami kesulitan dalam memperoleh tempat tinggal atau pekerjaan karena nama mereka, penampilan mereka, atau asal-usulnya.

Al-Hamdi menambahkan, wanita berkerudung menjadi sangat rentan terhadap rasisme. Mereka menghadapi ucapan dan pelecehan yang menyinggung.

“Rasisme telah mencapai tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya, dengan munculnya partai-partai sayap kanan di sebagian besar negara Eropa yang mengadopsi pendekatan anti-Muslim,” kata Al-Hamdi.

Al-Hamdi memperingatkan, perkembangan berbahaya dan mengancam masa depan koeksistensi di negara-negara Eropa. Terutama karena sebagian besar Muslim telah menjadi warga negara Eropa setelah memperoleh kewarganegaraan dan memenuhi kewajiban mereka di hadapan hukum.

Berita Lainnya:
Israel Sudah Bunuh 34 Ribu Warga Palestina, AS Berencana Kasih Bantuan Senjata Lagi

“Eskalasi ujaran kebencian telah menciptakan kesenjangan antara orang Eropa, berdasarkan agama dan ras,” kata Al-Hamdi.

Menurut Al-Hamdi, perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung sejak 24 Februari 2022 telah membuat rasisme terhadap Muslim di Eropa terlihat jelas dalam perlakuan media terhadap pengungsi Ukraina. “Sayangnya, sebuah narasi diadopsi bahwa pengungsi Ukraina sama sekali berbeda dari mereka yang datang dari Suriah, Irak, Afghanistan, dan Timur Tengah,” ujarnya.

Ketika ditanya tentang peran Muslim Eropa dalam menghadapi ujaran kebencian, Al-Hamdi mengatakan, hukum di Eropa dapat ditegakkan dan memiliki otoritas atas semua orang. Oleh karena itu, Muslim Eropa mengandalkan kekuatan hukum untuk melindungi mereka.

“Kami berusaha menghadirkan citra beradab dari agama Islam yang menyangkal semua narasi populis, ekstremis, dan pemikir eksklusif,” ujar Al-Hamdi.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi