Rasisme Terhadap Muslim di Eropa Telah Meningkat Signifikan

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

KOPENHAGEN — Ujaran kebencian dan rasisme terhadap Muslim di Eropa telah meningkat secara signifikan. Kepala Pusat Peradaban Hamad bin Khalifa di Kopenhagen, Abdul Hamid Al-Hamdi mengatakan, ujaran kebencian terhadap Muslim di Eropa dapat mengancam koeksistensi dalam masyarakat.

ADVERTISEMENTS

“Fenomena kebencian terhadap Muslim Eropa telah menjadi topik diskusi di sebagian besar media Eropa dan telah diakui oleh beberapa departemen pemerintah,” kata Al-Hamdi, dilaporkan Middle East Monitor, Selasa (25/7/2023).

ADVERTISEMENTS

Al-Hamdi mengatakan, Kementerian Dalam Negeri Jerman menerbitkan sebuah laporan yang menyimpulkan bahwa minoritas Muslim di Jerman adalah yang paling rentan terhadap diskriminasi rasial dan ujaran kebencian.

Pada akhir Juni, Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan laporan yang disiapkan oleh Kelompok Pakar Independen tentang Permusuhan terhadap Muslim. Laporan itu menyatakan bahwa sepertiga Muslim di Jerman menderita permusuhan karena agama mereka.  

“Laporan ini mungkin khusus untuk Muslim di Jerman saja, tetapi pemandangannya hampir sama di seluruh benua Eropa,” ujar Al-Hamdi.

ADVERTISEMENTS

Sekitar 5,5 juta Muslim tinggal di negara Eropa. Al-Hamdi mengatakan, manifestasi rasisme di Eropa terjadi dalam berbagai bentuk. Mulai dari kasus individu, ketika umat Islam mengalami kesulitan dalam memperoleh tempat tinggal atau pekerjaan karena nama mereka, penampilan mereka, atau asal-usulnya.

ADVERTISEMENTS

Al-Hamdi menambahkan, wanita berkerudung menjadi sangat rentan terhadap rasisme. Mereka menghadapi ucapan dan pelecehan yang menyinggung.

“Rasisme telah mencapai tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya, dengan munculnya partai-partai sayap kanan di sebagian besar negara Eropa yang mengadopsi pendekatan anti-Muslim,” kata Al-Hamdi.

ADVERTISEMENTS

Al-Hamdi memperingatkan, perkembangan berbahaya dan mengancam masa depan koeksistensi di negara-negara Eropa. Terutama karena sebagian besar Muslim telah menjadi warga negara Eropa setelah memperoleh kewarganegaraan dan memenuhi kewajiban mereka di hadapan hukum.

ADVERTISEMENTS

“Eskalasi ujaran kebencian telah menciptakan kesenjangan antara orang Eropa, berdasarkan agama dan ras,” kata Al-Hamdi.

Menurut Al-Hamdi, perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung sejak 24 Februari 2022 telah membuat rasisme terhadap Muslim di Eropa terlihat jelas dalam perlakuan media terhadap pengungsi Ukraina. “Sayangnya, sebuah narasi diadopsi bahwa pengungsi Ukraina sama sekali berbeda dari mereka yang datang dari Suriah, Irak, Afghanistan, dan Timur Tengah,” ujarnya.

Ketika ditanya tentang peran Muslim Eropa dalam menghadapi ujaran kebencian, Al-Hamdi mengatakan, hukum di Eropa dapat ditegakkan dan memiliki otoritas atas semua orang. Oleh karena itu, Muslim Eropa mengandalkan kekuatan hukum untuk melindungi mereka.

“Kami berusaha menghadirkan citra beradab dari agama Islam yang menyangkal semua narasi populis, ekstremis, dan pemikir eksklusif,” ujar Al-Hamdi.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version