Selasa, 30/04/2024 - 04:39 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Gaya Hidup Glamor Apakah termasuk Israf?

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Viral seorang wanita memaki seorang karyawan magang di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Probolinggo. Terkonfirmasi bahwa wanita ini merupakan seorang anggota Bhayangkari dan hidup glamor.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Pakar Tafsir Alquran, KH Ahsin Sakho menuturkan, bahwa gaya hidup glamor, berlebih-lebihan, atau menghambur-hamburkan kekayaan bukan di jalan Allah disebut juga Israf. Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Kiai Ahsin menjelaskan, seseorang yang membeli mobil karena kebutuhan akan berbeda dengan seseorang yang membeli mobil karena gaya hidup yang konsumtif atau bahkan untuk pamer belaka. Ditambah lagi jika gaya hidupnya tidak sesuai dengan pemasukan mereka, maka sangat jelas hal tersebut dikecam dalam Alquran.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Kalau pemasukan tidak memadai tapi dia ingin hidup glamor, itu yang dikecam alquran, itu namanya mutrofin, orang yang glamor, yang berlebihan dalam memenuhi kebutuhan personal, itu tidak boleh,” kata Ahsin dalam sambungan telepon, Rabu (6/9/2023).

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Tiga Ciri Orang Yang Sulit Mendapatkan Rezeki

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Sebagaimana telah Allah peringatkan dalam Quran Surat Al Isra ayat 16, kalau seandainya Allah ingin mengazab suatu kaum maka Allah akan memperbanyak orang-orang yang mutrof, orang-orang yang glamor itu. Karena, kata kiai Ahsin, orang-orang yang memiliki kehidupan glamor ini cenderung untuk melakukan perbuatan kemaksyiatan.

“Kalau sudah perbuatan kemaksiatan itu diobral di hadapan masyarakat, minum-minuman, dansa, maka barulah Allah memberikan pelajaran yang tegas pada mereka-mereka itu,” kata kiai Ahsin.

Kiai Ahsin menambahkan, bahwa ketika manusia diberikan rezeki lebih oleh Allah, lalu menggunakan kekayaannya untuk beribadah kepada Allah dan bukan untuk kemaksyiatan, tentu saja ini tidak bisa disebut israf. Contohnya adalah Nabi Daud dan juga sahabat Abu Bakar yang memberikan seluruh hartanya untuk dakwa islamiyah.

“Tapi kalau dia kaya dan menggunakan kekayaan itu untuk ketaatan kepada Allah swt, ya tidak apa-apa. Nabi Daud kaya raya, Nabi Daud itu sebaik-baiknya hambah Allah. Jadi bisa kelihatan kalau mutrofin menghamburkan hartanya untuk sesuatu yang tidak diridhoi Allah, itu namanya tabzir, isrof, di dalam alquran namanya mutrofin,” jelas Kiai Ahsin.

Berita Lainnya:
Alasan Mulia di Balik Keputusan Sahabat Nabi Menikahi Janda

“Jadi yang penting orang itu jangan sampai melebihi batas daripada kehidupan (kemampuannya) yang layak, untuk dihambur-hamburkan dalam rangka kemaksyiatan,” kata Kiai Ahsin.

“Jadi pada dasarnya Allah swt memberikan rezeki pada setiap orang itu sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, kalau seandainya orang itu sudah mulai kaya maka itu harus waspada, jangan sampai kekayaan itu membawa dia menuju kemaksyiatan. Jadi isrof itu berlebih-lebihan di dalam membelanjakan harta untuk hal-hal yang tidak bagus, tapi seandainya orang itu menyerahkan harta bendanya untuk fakir miskin seperti Abu Bakar yang menyerahkan semua harta bendanya untuk Nabi saw untuk dakwah islamiyah,” terang Kiai Ahsin.

 

 

 

 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi