Penjelasan Ibnu Qayyim Mengapa Jangan Pernah Makan Sampai Kenyang

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

JAKARTA — Nabi Muhammad SAW telah memberi tuntunan tentang cara menjaga kesehatan. Salah satu cara Nabi SAW menjaga tubuh tetap sehat adalah tidak makan secara berlebihan.

ADVERTISEMENTS

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Miqdam bin Ma’dikarib, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda:

ADVERTISEMENTS

ما ملأَ آدميٌّ وعاءً شرًّا مِن بطنٍ ، بحسبِ ابنِ آدمَ أُكُلاتٌ يُقمنَ صُلبَهُ ، فإن كانَ لا محالةَ فثُلثٌ لطعامِهِ وثُلثٌ لشرابِهِ وثُلثٌ لنفَسِهِ

“Tidaklah manusia memenuhi tempat yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun, jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas.” (HR. Tirmidzi)

Ibnu Al Qayyim menjelaskan, cara makan tersebut merupakan salah satu hal yang paling bermanfaat bagi tubuh dan hati. Karena jika perut sudah kenyang dengan makanan, maka ia akan tertekan oleh minuman, dan jika menerima minuman, maka akan menjadi tertekan oleh udara.

ADVERTISEMENTS

Dalam kondisi itu, seseorang yang makan secara berlebihan akan mengalami kesulitan dan kelelahan karena ia sama saja dengan membawa beban yang berat.

ADVERTISEMENTS

“Hal tersebut mengakibatkan rusaknya hati dan malasnya anggota tubuh sehingga mencegah diri melakukan ketaatan dan membawanya pada hawa nafsu yang menuntut terpenuhinya rasa kenyang sehingga perut terisi dengan makanan berbahaya bagi hati dan tubuh,” demikian penjelasan Ibnu Al Qayyim.

Dari hadits itu pula, dapat diketahui bahwa makan dengan rakus memiliki kaitan yang erat dengan penyakit. Maka sudah sepatutnya sebagai seorang Muslim agar mengatur dengan sebaik mungkin dalam mengonsumsi makanan agar tidak menimbulkan penyakit buat dirinya.

ADVERTISEMENTS

Hendaknya setiap Muslim menghindari cara makan yang berlebihan sampai memuaskan rasa laparnya. Tidaklah ingat ketika Nabi Adam melakukan pelanggaran karena keinginan untuk memenuhi rasa laparnya.

ADVERTISEMENTS

Naluri untuk memuaskan rasa lapar inilah yang mendorong Nabi Adam AS melanggar perintah Allah SWT. Allah SWT berfirman, “Dan sungguh telah Kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa, dan Kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya.” (QS Taha ayat 115)

Kenikmatan makan dicapai dengan memuaskan rasa lapar, bukan dengan memilih makanan yang paling lezat dan enak. Secara medis dan ilmu pangan bahwa sepersepuluh dari apa yang kita makan adalah untuk kelangsungan hidup.

Sumber

https://islamqa.info/ar/answers/196796/%D9%87%D8%AF%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D9%86%D8%A8%D9%8A-%D8%B5%D9%84%D9%89-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D8%B9%D9%84%D9%8A%D9%87-%D9%88%D8%B3%D9%84%D9%85-%D9%81%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%AD%D8%A7%D9%81%D8%B8%D8%A9-%D8%B9%D9%84%D9%89-%D8%B5%D8%AD%D8%AA%D9%87#:~:text=%D9%88%D8%A7%D9%84%D9%85%D9%82%D8%B5%D9%88%D8%AF%20%D8%A3%D9%86%20%D8%A7%D9%84%D9%86%D8%A8%D9%8A%20%D8%B5%D9%84%D9%89%20%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87,%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AA%D9%8A%20%D9%87%D9%8A%20%D8%AE%D9%8A%D8%B1%20%D9%85%D9%86%20%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%84%D8%A7%D8%AC%20.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version