Kamis, 02/05/2024 - 22:11 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

BRIN: Status Gizi Anak di Bawah 5 Tahun Indikator Kesehatan Penting

ADVERTISEMENTS

Petugas kesehatan mengukur lingkar lengan anak usia bawah lima tahun (balita) di Posyandu Sakura 01 Sukarasa, Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/11/2023).

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

JAKARTA — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa status gizi anak di bawah 5 tahun memiliki peranan signifikan sebagai indikator kesehatan yang kritis.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Status gizi anak di bawah 5 tahun merupakan indikator kesehatan yang penting karena usia balita merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah gizi dan penyakit,” kata Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN Wahyu Pudji Nugraheni.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Menurutnya, masalah kekurangan gizi secara global sampai saat ini masih mendapatkan perhatian utama terutama di sebagian negara berkembang termasuk Indonesia.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Dia menyampaikan, usia balita merupakan tahap perkembangan yang rentan terhadap masalah gizi dan penyakit. Oleh karena itu, pemantauan status gizi pada kelompok usia ini menjadi sangat penting untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan optimal.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Cek Kesehatan dan Kelola Stres Jadi Cara Jaga Tubuh Sehat Usai Lebaran

Underweight dan wasting menunjukkan kekurangan gizi akut, sedangkan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh kembang pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya,” kata Pudji menjelaskan.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Ia menerangkan risiko yang disebabkan oleh kekurangan gizi dalam jangka pendek. Di antaranya meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian, gangguan perkembangan kognitif motorik, serta meningkatnya beban ekonomi untuk biaya perawatan ataupun pengobatan anak yang sakit.

Ia menyebut berdasarkan laporan Studi Status Gizi Balita Indonesia tahun 2019, prevalensi stunting kembali berada di angka 27,7 persen turun menjadi 21,6 persen pada 2022. “Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan program intervensi stunting, baik intervensi sensitif dan spesifik. Namun demikian, masih perlu upaya yang lebih keras menuju target 14 persen pada 2024,” ucap Pudji.

Berita Lainnya:
Remaja Mulai Mencari Jati Diri, Ini yang Perlu Dilakukan Ortu Agar Anak tak Kebablasan

Menurutnya, pentingnya perhatian terhadap status gizi pada anak usia di bawah 5 tahun juga terkait dengan dampak jangka panjangnya. Gizi yang cukup pada masa-masa ini dapat memberikan dasar yang kuat untuk perkembangan fisik dan mental yang optimal.

Selain itu, menyadari rentannya balita terhadap masalah gizi dan penyakit, pencegahan dan intervensi dini menjadi kunci untuk melindungi anak-anak dari stunting.Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi yang kronis. Kondisi defisiensi gizi mikro juga ikut berkontribusi kejadian stunting kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin a, zat besi, folat dan seng yang berkaitan dengan kejadian stunting pada balita,” kata Pudji.

 

sumber : ANTARA

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi