Jumat, 03/05/2024 - 10:37 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALTIMUR TENGAH

AS Ubah Retorika tentang Gencatan Senjata di Gaza

ADVERTISEMENTS

 WASHINGTON — Selama berbulan-bulan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendorong jeda pertempuran di Gaza. Namun Israel justru bersiap menggelar serangan ke Rafah di mana lebih satu juta penduduk Gaza mencari perlindungan.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Kini Biden menggunakan kata “gencatan senjata sementara.” Perbedaan retorika Ini terlihat kecil tapi menunjukan perubahan sikap Washington yang semakin mendekati apa yang diinginkan masyarakat internasional yaitu gencatan senjata permanen.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

AS memveto tiga rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang perang Israel-Hamas. Dua veto terbaru memblokir bahasa yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan. Namun, Washington kini mengajukan rancangan resolusi sendiri yang mencantumkan kata “gencatan senjata”.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Berdasarkan dokumen yang dilihat kantor berita Reuters, dalam rancangan resolusi tersebut AS menyerukan gencatan senjata sementara dalam perang Israel-Hamas terkait dengan pembebasan sandera yang ditawan Hamas dan menentang serangan darat besar-besaran yang dilakukan sekutunya, Israel, di Rafah.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh

Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield membantah adanya pergeseran bahasa. “Ini mencerminkan apa yang telah kami lakukan selama ini,” katanya,  Selasa (20/2/2024).

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Pasukan Israel Targetkan Jurnalis Palestina di Gaza Tengah

Sebelumnya Washington menghindari kata gencatan senjata dalam setiap langkah PBB terhadap perang Israel di Gaza. Teks baru AS tersebut menggemakan bahasa yang digunakan Biden di depan umum bulan ini tentang situasi tersebut.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

“Saya berusaha keras untuk menangani gencatan senjata penyanderaan ini karena, seperti yang Anda tahu, saya telah bekerja tanpa lelah dalam kesepakatan ini,” kata Biden di Gedung Putih pada tanggal 8 Februari lalu ketika ia menyebut respon Israel di Gaza “keterlaluan,” kritiknya yang paling tajam hingga saat ini.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Delapan hari kemudian, ia mengatakan ia mengadakan pembicaraan ekstensif dengan Netanyahu mengenai topik gencatan senjata. “Saya mengangkat kasus-dan saya merasa sangat kuat tentang hal ini – harus ada gencatan senjata sementara untuk mengeluarkan para tahanan, untuk mengeluarkan para sandera. Dan itu sedang berlangsung. Saya masih berharap hal itu dapat dilakukan,” kata Biden pada 16 Februari.

Hal ini dibandingkan dengan penyebutannya tentang “jeda” ketika kesepakatan penyanderaan sebelumnya dinegosiasikan pada bulan November. “Saya ingin melihat jeda itu berlangsung selama para tahanan dibebaskan,” katanya pada 26 November.

Berita Lainnya:
Semangat China Perluas Inisiatif 'Jalur Sutra Digital'

Para pejabat AS mengatakan perubahan bahasa yang dilakukan Biden tidak ada hubungannya dengan para pengkritiknya. Sebaliknya, kata mereka, hal ini mencerminkan upaya keras untuk menegosiasikan kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk menghentikan pertempuran selama enam sampai delapan minggu dengan imbalan pembebasan sandera yang ditahan di Gaza dan mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan kepada warga sipil.

Menurut Gedung Putih jika pertempuran dapat dihentikan selama itu, gencatan senjata yang lebih lama lagi dapat terjadi. Namun, rencana Israel menyerang di Rafah akan memperumit upaya penghentian pertempuran.

Para pejabat AS bersikeras Biden tidak menyerukan gencatan senjata permanen, yang merupakan cerminan dari sikap awal AS bahwa Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri setela Hamas membunuh 1.200 orang di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober.

Peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace dan pakar Timur Tengah, Aaron David Miller mengatakan pergeseran retorika Biden tidak mencerminkan perubahan besar, namun mencerminkan keprihatinan pemerintah AS terhadap potensi serangan Rafah.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi