Kamis, 02/05/2024 - 01:51 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIPERTANIAN

Jabar Perkirakan Panen Raya Mulai April 2024 Akan Surplus Beras

ADVERTISEMENTS

BANDUNG — Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Provinsi Jawa Barat memperkirakan panen raya kali ini yang akan berlangsung mulai April 2024 mendatang, di wilayah ini akan mengalami surplus beras.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Walaupun secara akumulasi rentang waktu, diakui Kepala DTPH Jabar Dadan Hidayat, surplus ini belum mampu menutup defisit beras imbas dari fenomena gelombang panas El Nino yang menyebabkan waktu tanam bergeser.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Panen diperkirakan itu April, Mei, Juni. Saat ini saya melihat sudah ada surplus, walaupun kecil. Tapi kalau kita akumulasi dari Januari, memang masih minus,” ujar Dadan di Gedung Sate Bandung, Rabu (13/3/2024).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi penurunan luasan panen tanaman padi di Jabar. Pada 2022 lahan yang dipanen seluas 1.662.404 hektare dan di 2023 anjlok menjadi 1.580.873 hektare.

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Usai Korupsi Timah yang Fenomenal, DPR Soroti Ekspor Bangka Belitung Anjlok

Anomali iklim disebut menjadi faktor utama menurunnya produktivitas padi di Jawa Barat, Dadan mengungkapkan, di 2023 ada 36.803 hektare terendam banjir. Akibatnya 21.064 hektare mengalami gagal panen atau puso, belum lagi akibat kekeringan, longsor dan lain-lain.

“Banjir atau kekeringan itu fenomena iklim, pasti berpengaruh. Banjir bisa menyebabkan puso, kering juga bisa menyebabkan puso,” ucapnya.

Demikian pula, ucap Dadan, di awal 2024 di mana perubahan iklim juga masih menjadi penyebab menurunnya produktivitas beras di Jawa Barat, lantaran petani belum bisa mengolah sawah secara tepat waktu.

“Ini masih terjadi di sebagian Jabar, terutama kawasan selatan. Juga ada curah hujan tinggi sehingga irigasi meluap dan ada longsor di kawasan pegunungan. Yang terdampak di Subang, Karawang, Cirebon dan Ciamis,” ucapnya.

Dadan memperkirakan panen raya Jabar pada April ini akan menghasilkan setidaknya sekitar 737 ribu ton beras, yang didapat dari hampir 224 ribu hektare sawah yang dipanen pada waktu tersebut.

Berita Lainnya:
Pupuk Indonesia Tegaskan Proses Distribusi yang Lebih Adil dan Transparan

Dengan perhitungan 224 ribu hektare sawah di kali 5,7 ton sehingga menjadi 1.276.800 ton gabah kering. Jumlah gabah kering ini di kali 57,75 persen dan didapat sekitar 737 ribu ton beras.

Jumlah tersebut diakuinya sedikit lebih baik, ketimbang ketika tahun 2023 saat terjadinya fenomena El Nino, di mana terakhir, pada masa tanam Oktober-Desember 2023 hanya mampu memanen dari 173 ribu hektare sawah, walau normalnya Jawa Barat pada masa tanam Januari sanggup memanen padi dari 423 ribu hektare sawah.

“Tapi itu baru angka prediksi dari Badan Pusat Statistik (BPS) ya. Untuk panen April ini,” tuturnya.

Kendati belum optimal, Dadan mengaku ketersediaan beras di Jawa Barat masih terbilang aman, sebab pada awal 2023 lalu, Jabar sempat surplus hingga 1,2 juta ton beras.

sumber : ANTARA

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi