Kamis, 02/05/2024 - 05:21 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

HIBURAN

Perilaku ‘Caper’ di Medsos, Ini Ciri-ciri dan Penyebabnya

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Perilaku mencari perhatian alias caper bisa muncul di mana saja, termasuk di media sosial. Perilaku yang bisa disebut sebagai attention seeker, bisa ditandai ketika orang kerap mencari perhatian secara berlebihan dan cenderung membuat yang lain tidak nyaman, jengkel, bahkan malu. 

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

Sejauh mana perilaku mencari perhatian ini masih dalam kategori wajar atau sudah perlu ditangani dengan cara yang lebih serius? Berikut ulasannya, seperti dilansir dari Verywell Mind, Rabu (17/4/2024).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Apa itu perilaku attention seeker?

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Sudah menjadi naluri manusia untuk ingin diperhatikan, dianggap serius, dan dicintai. Jadi dalam beberapa hal, perilaku mencari perhatian datang dari suatu hal yang sebagian besar orang bisa memahaminya. Masalahnya adalah ketika perilaku mencari perhatian dimotivasi oleh perasaan rendah diri, cemburu, kesepian, atau karena kondisi kejiwaan. 

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Dalam kasus ini, perilakunya bisa terlihat ekstrem atau histeris. Selain itu, perilaku mencari perhatian yang sering terjadi, bersifat manipulatif, pasif-agresif, atau parah, dapat membuat orang menjauh, merenggangkan hubungan, hingga sulit bekerja dan bersosialisasi.

Seperti apa perilaku attention seeker?

Ada banyak bentuk perilaku mencari perhatian. Kadang-kadang suatu perilaku bersifat terang-terangan, seperti ketika seseorang melontarkan komentar yang konfrontatif. Terkadang perilakunya lebih halus, misalnya terus-menerus memancing pujian.

Berita Lainnya:
Jebolan Indonesian Idol Melitha Sidabutar Meninggal Dunia pada Usia 23 Tahun

Contoh perilaku attention seeker

-Membuat unggahan secara berlebihan di media sosial, terkesan haus akan “like” dan komentar sebanyak-banyaknya.

-Memberikan komentar, baik secara daring maupun secara langsung, terkesan untuk membuat orang merasa tidak nyaman atau melampaui batas sosial.

-Terus menerus flexing tentang kekayaan materi, penampilan fisik, dan kesuksesan pribadi.

-Tampaknya bertindak seolah-olah segala sesuatu yang terjadi pada dirinya adalah bencana, padahal sebenarnya bukan.

-Terlibat dalam perilaku yang provokatif, promiscuous, atau eksibisionis.

-Tampak selalu ingin menjadi pusat perhatian.

-Sering membuat komentar yang mencela diri sendiri dalam upaya untuk divalidasi.

-Memiliki apa yang dapat digambarkan sebagai kepribadian yang “dramatis”.

Penyebab perilaku attention seeker

Ada beberapa alasan seseorang mungkin memiliki perilaku mencari perhatian. Alasan paling umum adalah karena mereka merasa rendah diri.

Keadaan emosional lain yang mungkin mengarah pada perilaku mencari perhatian adalah rasa kesepian dan cemburu. Misalnya, orang yang mengalami peningkatan kesepian dan kecemasan sosial mungkin beralih ke media sosial untuk mendapatkan validasi, dan akhirnya menunjukkan perilaku mencari perhatian dalam diri mereka. 

Berita Lainnya:
Bangkitkan Ruh Lagu Anak Era 90-an, Messa Eko Rilis Lagu “Dicipta Bahagia” Karya Rulli Aryanto

Apakah attention seeker normal?

Sekali lagi, sampai batas tertentu, orang menginginkan perhatian dan validasi. Penting untuk memahami bahwa beberapa perilaku mencari perhatian dapat dianggap sebagai kebutuhan validasi yang dapat dimengerti, atau seruan minta tolong.

Misalnya, sebagian besar perilaku mencari perhatian pada anak-anak, terutama anak kecil, tidak boleh dianggap tidak sehat atau manipulatif. Beberapa dari perilaku ini sesuai dengan perkembangannya, meski ada pula yang terkait dengan gangguan perilaku.

Perilaku attention seeker bagian dari penyakit mental?

Seseorang yang memiliki perilaku mencari perhatian yang terus-menerus, ekstrem, atau mengganggu mungkin mengalami gangguan kesehatan mental. Atau mungkin seseorang yang mengalami gangguan kepribadian. Beberapa kemungkinannya antara lain sebagai berikut.

1. Gangguan kepribadian histrionik

-Selalu mendambakan sorotan dan perlu menjadi pusat perhatian

-Membuat keputusan impulsif

-Terpaku pada penampilan fisik

-Kurang empati dan tidak menunjukkan kepedulian terhadap orang lain

-Murung dan emosional

-Menjadi tidak nyaman ketika perhatian dialihkan dari mereka

-Memiliki rentang perhatian yang pendek dan mudah bosan

-Membutuhkan stimulasi dan validasi yang konstan

-Mungkin tidak dapat mempertahankan hubungan yang bermakna

 2. Gangguan kepribadian ambang

-Murung dan merasa rendah diri

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi