Senin, 06/05/2024 - 09:13 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Kebiasaan ‘Menumpuk’ Baju Dikaitkan dengan Pengidap ADHD

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Sebagian orang punya kebiasaan menunda membereskan cucian bersih atau pakaian kotor bekas dari liburan. Bukannya disusun di lemari atau segera dicuci, deretan pakaian itu malah ditumpuk begitu saja di lantai atau disampirkan di kursi selama berhari-hari.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Terdapat istilah untuk hal itu, yaitu floordrobe. Dalam sebuah unggahan TikTok yang viral, kreator konten Jeff Rice dari YourADHDBrain.com menyebut floordrobe umum dijumpai pada pengidap gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Floordrobe bisa berupa keranjang cucian yang dibiarkan berhari-hari atau berpekan-pekan, atau bisa juga di tumpukan pakaian yang sudah lama dipakai, tapi tidak terlalu kotor. Jadi, seseorang berpikir akan memakainya lagi, lalu membiarkannya tergeletak di lantai atau digantung di kursi,” kata Rice dalam videonya.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Mengapa kebiasaan menyimpan pakaian awam dijumpai pada pengidap ADHD? Terapis Billy Roberts dari Focused Mind ADHD Counseling di Columbus, Ohio, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa kondisi ADHD berdampak pada fungsi eksekutif otak, yang mengontrol motivasi, perencanaan, memori kerja, pengorganisasian, dan pengendalian diri. 

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
Tips Tidur Malam Nyaman Meski Suhu Panas

“Saat dihadapkan pada tugas yang membosankan, otak ADHD kewalahan dan mulai menginginkan tugas yang lebih menarik. Pekerjaan yang membosankan seperti mencuci pakaian cenderung membuat frustrasi karena dapat menumpuk, menyebabkan banyak penderita ADHD merasa sangat kewalahan dan semakin menghindari tugas tersebut,” ucap Roberts.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Selain tidak menarik, mencuci pakaian dianggap bukan merupakan hal yang mendesak (setidaknya sampai seseorang kehabisan pakaian dalam yang bersih). Terapis Rachael Bloom dari Los Angeles, AS, otak pengidap ADHD mudah teralihkan oleh input-input yang saling bersaing.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

“Tugas yang membosankan dan sering kali tidak mendesak akan sulit untuk diprioritaskan, sedangkan tugas-tugas yang mendesak mempunyai cara untuk menerobos gangguan-gangguan lain, pada dasarnya ‘memaksa’ bahwa mereka harus diprioritaskan dan diselesaikan,” ujar Bloom. 

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh
Berita Lainnya:
Resep Simpel Antistres Wartawan Senior Ini Layak Anda Coba

Dia mengutip sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa individu dengan ADHD memiliki gelombang otak beta yang lebih sedikit. Beta adalah jenis gelombang otak yang membuat seseorang tetap waspada dan fokus secara mental. Stres, krisis, atau tenggat waktu dapat menghasilkan gelombang beta tambahan, yang sebenarnya dapat membantu ‘menghidupkan’ fokus pada individu dengan ADHD. 

Selain aspek fungsi eksekutif, mencuci juga melibatkan memori jangka pendek, yang dapat menjadi tantangan lain bagi pengidap ADHD. Psikoterapis dan terapis pasien ADHD yang berbasis di Michigan, AS, Terry Matlen, menjabarkan bahwa itulah sebabnya banyak pengidap ADHD kesulitan mengingat untuk memindahkan pakaian dari mesin cuci ke pengering.

Matlen menekankan bahwa cucian yang seolah tak ada habisnya menambah tantangan. “Meskipun sulit untuk dilakukan, kami tahu bahwa hal ini akan dimulai lagi keesokan harinya. Gundukan cucian bersih dan kotor muncul setiap beberapa hari sekali,” ujarnya.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi