Selasa, 21/05/2024 - 17:09 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Mitoni, Wujud Kearifan Lokal untuk Perangi Stunting

YOGYAKARTA — Diiringi alunan gamelan, dua perempuan paruh baya tampak bergantian menuangkan air dari tujuh bejana kecil berwarna keemasan ke sebuah gentong besar.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

Keduanya ialah besan yang tengah bahu- membahu meracik air suci untuk anak atau menantunya yang sedang mengandung tujuh bulan. Air itu diambil dari tujuh sumber atau sumur yang berbeda.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Racikan air dalam gentong itu kemudian ditaburi sekar atau kembang setaman sebagai simbol keutamaan, disusul dua buah kelapa muda atau cengkir yang melambangkan kesucian. Menggunakan siwur atau gayung yang terbuat dari tempurung kelapa dan tangkainya dari bambu, dua perempuan berkebaya dan berhijab itu lantas menyiramkan racikan air itu ke tubuh anak atau menantu yang tengah hamil dengan posisi duduk tegak di kursi.

Siraman itu melambangkan manusia kembali kepada status kelahiran semula, serta supaya bersih dari noda dan kesalahannya. Di meja panjang yang tak jauh dari lokasi siraman, tertata rapi aneka sesaji atau ubarampe, di antaranya nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauk, jenang procot, dawet, hingga ubi-ubian macam kacang tanah, ubi jalar, ketela, dan kentang rebus.

Bagian dari rangkaian ritual adat Jawa itu tidak berlangsung di rumah pribadi, namun di salah satu ruangan gedung di kompleks Balai Kota Yogyakarta. Simulasi tahap demi tahap upacara adat “mitoni” atau juga dikenal dengan tingkeban itu digelar Pemerintah Kota Yogyakarta bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, beserta Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) setempat.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Puluhan Balita Keracunan Makanan Pencegah Stunting, DPR Dorong Investigasi

Ratusan orang yang terdiri atas ibu hamil beserta suami, remaja, calon pengantin, pasangan usia subur, hingga ibu bayi bawah dua tahun (baduta) di Kota Yogyakarta pun berbondong-bondong menghadiri acara itu. Selain menyaksikan dan diharapkan ikut melestarikan, mereka diajak memperkuat gerakan bersama mencegah stunting melalui simbol-simbol atau filosofi yang terkandung dalam tradisi “mitoni”.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Melalui acara itu, Pemkot Yogyakarta berupaya mengedukasi masyarakat bahwa menekan angka stunting bisa dengan merawat budaya adilihung yang telah diwariskan nenek moyang.

“Mitoni” dan Gizi Seimbang

ADVERTISEMENTS

Tradisi “mitoni” telah lama mengakar dalam kehidupan penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta dan di Pulau Jawa pada umumnya. “Mitoni” berasal dari kata dalam Bahasa Jawa pitu yang berarti tujuh, mengingat upacara adat Jawa itu digelar kala bayi dalam kandungan menginjak usia tujuh bulan yang menjadi momen fisik bayi terbentuk sempurna.

ADVERTISEMENTS

Melalui upacara ritual daur hidup manusia itu, bayi didoakan agar selalu selamat dalam kandungan sehingga kelak bisa lahir secara normal. Adapun sang ibu dapat melahirkan dengan selamat dan sehat.

Agar bayi sehat dan lahir selamat, tradisi “mitoni”  mengajarkan bahwa selain didoakan, sang ibu wajib mendapat asupan gizi seimbang yang disimbolkan melalui aneka sesaji. Nasi tumpeng yang terdiri atas nasi lengkap dengan lauk telur ayam, ikan, serta aneka sayuran telah mewakili pemenuhan protein serta karbohidrat.

Berita Lainnya:
Sertu Eko Purwanto Babinsa Kodim 0104/Aceh Timur Wakili Kodam IM Terima Apresiasi Program Bangga Kencana dan Penurunan Stunting

Demikian pula, sesaji lain berupa ubi-ubian serta rujak yang terbuat dari aneka buah mengingatkan betapa pentingnya pemenuhan serat dan vitamin bagi ibu hamil. Terlepas dari aspek sakralnya, sesaji itu dapat dibaca sebagai simbol dari nutrisi, kesehatan mental, dan fisik yang harus dipenuhi untuk mencegah stunting.

Lebih dari soal gizi, Penjabat Ketua TP PKK Kota Yogyakarta Atik Wulandari menilai rangkaian proses yang harus dilaksanakan dalam ritual itu turut membantu ibu hamil menyiapkan mental dalam menghadapi masa persalinan. “Mitoni” juga memberikan penyadaran bagi masyarakat, khususnya keluarga, bahwa ibu hamil perlu mendapat perhatian khusus, dijaga, dan dilindungi hingga ibu dan bayi selamat saat persalinan.

Tekan Stunting

Angka stunting di DIY pada 2023 masih tercatat 16,4 persen, sehingga target untuk menurunkan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024 tidak hanya memerlukan kebijakan Pemerintah yang tepat. Tetapi juga partisipasi aktif dari semua pihak, termasuk melalui tradisi.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo mengemukakan bahwa seiring perkembangan zaman kearifan lokal “mitoni” dengan ilmu kesehatan modern perlu dikolaborasikan sebagai langkah strategis mempercepat penurunan stunting. Melalui setiap sarana dan tahapan upacara itu, ke depan dapat diselipkan pesan-pesan penting mengenai gizi, perawatan prenatal, hingga pentingnya penundaan usia perkawinan.

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi