Jumat, 17/05/2024 - 10:28 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIFINANSIAL

Menteri Basuki: Pemerintah tak Lagi Toleransi Bangun Proyek Gunakan Produk Impor

Menteri PUPR menyebut Presiden perintahkan proyek infrastruktur pakai produk lokal

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 JAKARTA — Pemerintah menyebut sebesar 80 sampai 90 persen membangun infrastruktur menggunakan produk dalam negeri. Adapun rata-rata sebesar 80 sampai 90 persen merupakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan


Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono mengatakan pemerintah sudah tidak lagi memberikan toleransi produk impor dapat digunakan dalam pembangunan infrastruktur di negeri ini. Hal ini dikarenakan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) khusus belanja TKDN sebesar Rp 400 triliun.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS


“Di Kementerian PUPR dari rata-rata Rp 120 triliun per tahun, sebesar 80 sampai 90 persen merupakan TKDN. Pembangunan infrastruktur yang mandiri menggunakan produk dalam negeri, sesuai perintah bapak presiden, dilarang impor. Kalau dulu (perintah presiden) mengutamakan produksi dalam negeri. Tapi yang  sekarang  perintahnya dilarang impor. Apalagi menggunakan APBN,” ujarnya saat webinar, Kamis (24/11/2022).

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah


Basuki berharap semua elemen yang terlibat, sama-sama memajukan industri konstruksi tanah air dengan nilai-nilai perjuangan dalam membangun indonesia ini. Dia juga berharap dari jajaran Kementerian PUPR tidak ada yang berani main-main dengan arahan tersebut. Basuki bahkan mengancam akan menindak tegas  jika ada jajarannya yang berani membelanjakan anggaran PU dengan barang non TKDN. 

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Menparekraf: World Water Forum Bawa Rp 800 Miliar untuk Bali


Dari pelaku usaha, Vice President Tatalogam Group, Stephanus Koeswandi sangat mengapresiasi langkah pemerintah, terutama Kementerian PUPR yang mempersempit ruang gerak penggunaan barang impor dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan di tanah air. Menurutnya, penggunaan produk dengan TKDN tinggi dapat membantu memulihkan perekonomian bangsa yang sempat terpuruk karena pandemi. 

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


“Dengan meningkatnya penggunaan produk-produk dalam negeri, otomatis industri tanah air juga ikut berkembang. Dampaknya pemulihan ekonomi nasional juga dapat segera terwujud,” ucapnya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Maka itu, pihaknya juga berkomitmen mendukung upaya memajukan industri konstruksi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai perjuangan membangun Indonesia. Tak hanya dengan menghadirkan produk-produk baja ringan yang sudah 100 persen buatan Indonesia, namun juga menerapkan green industries yang ramah lingkungan.

ADVERTISEMENTS


“Semangat juang untuk membangun Indonesia sudah kami tanamkan di Tatalogam Group sejak awal berdiri 1994 silam. Kini, semangat dalam mengejar target 2050 Zero Emission yang tengah kami tingkatkan,” ucapnya.

ADVERTISEMENTS


Menurutnya saat ini ada tiga hal yang jadi fokus perhatian Tatalogam Group dalam mewujudkan green industries ini. Pertama, mengukur dan mengurangi karbon dioksida (CO2) yang dilepaskan ketika produksi. Kedua, lebih bijak dalam penggunaan energi. 

Berita Lainnya:
PUPR: World Water Forum Angkat Peran Infrastruktur Air untuk Pangan


“Caranya dengan melakukan penggantian dari energi konvensional dengan energi yang lebih lebih sustainable seperti tenaga surya ataupun angin. Ketiga, pengelolaan limbah  yang lebih baik,” ucapnya.


Dia menyebut limbah baja sebenarnya 100 persen bisa didaur ulang. Namun yang harus tetap diperhatikan yakni transportasi dalam proses pemindahan limbah baja tersebut yang juga membutuhkan energi. 


“Pengelolaan limbah dari baja ini juga perlu kita tingkatkan. Maka itu tahun ini bersama Kemenperin kita sudah menyusun rancangan standar industri hijau baja lapis aluminium seng dan baja lapis seng. Diharapkan kalau sudah ada standarnya nanti kita punya satu ekosistem yang lebih sustainable menuju ke 2050 zero emission,” ucapnya.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi