Mak, Youtuber Russia dan Indonesia Kolaborasi Bahas Token Sangkara ($MISA)

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Sangkara $MISA menjadi salah satu token primadona di situasi saat ini.

ADVETISEMENTS

 JAKARTA — Sebetulnya apa sih ini token Sangkara $MISA ? Kenapa di Luar negeri sepertinya mendapat sorotan yang luar biasa di tengah hancurnya seluruh Mata Uang Kripto? 

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS


“Kami mencoba menghubungi kontak yang ada di website dan ngobrol dengan CMO Sangkara $MISA Albert Setiawan. Dia mengatakan pihaknya memang adalah developer token Sangkara $MISA, NFT Market Place SangkaraNFT.com, paltform Music Bantayahall.com, platfom Film Pamorstudio.com dan berbagai usaha digital lainnya,” ungkap Mak, Youtubers Russia.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS


Menurut Albert, Sangkara $MISA adalah startup yang mengadalkan banyak bantuan dr teman-teman di luar negeri untuk bisa seperti sekarang. “Di tengah situasi krisis kepercayaan kepada mata uang Kripto, pihaknya memberikan jawaban yang berbeda, membuat Mata Uang Kripto sebagai aset digital dan bukan mata uang,” lanjut Albert dalam keterangannya yang diterima Selasa (17/5/2022).

ADVERTISEMENTS


Aset digital artinya memperlakukan aset kripto sebagai bagian dr perusahaan itu sendiri dan menjadikan perusahaan sebagai underlyingnya. Kurang lebih seperti saham tapi berbentuk token. 

ADVERTISEMENTS


Keunikkan dari Sangkara $MISA ini berhasil membuat harga Sangkara naik 10 kali lipat dalam dua pekan terakhir. Juga pilihan Sangkara untuk Audit CERTIK, hanya listing di CEX (Centralized Exchanger) Dunia, membuat seluruh dunia menjadikan Sangkara $MISA menjadi salah satu token primadona di situasi saat ini. Naiknya tidak seperti token lain yang 100 ribu persen, tetapi bertahap sedikit demi sedikit. 


Albert Setiawan menambahkan, selain diundang di Live Instagram oleh Orang Russia, selanjutnya ada jadwal dengan Orang Turki, Italia, dan India. CEO Sangkara juga sudah mendapat undangan memberikan kuliah di salah satu Universitas Besar di Kuala Lumpur.


“Memang kadang karya anak bangsa sulit dihargai di negeri sendiri, itu betul sekali, banyak yang berhasil di luar negeri, baru dihargai di Indonesia,” tutup Albert.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version