Kamis, 02/05/2024 - 20:50 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

Masalah Iklim, Covid-19 dan Perang Picu Krisis Pangan Termasuk di Indonesia

ADVERTISEMENTS

Kelaparan akut diperkirakan akan memburuk selama beberapa bulan ke depan.

ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Thantawi Ishak mantan Komisaris Utama Bank Aceh

ROMA — Penilaian dalam laporan oleh Program Pangan Dunia (WFP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperlihatkan kondisi yang mengenaskan terhadap krisis pangan. Kondisi ini didorong oleh masalah iklim yang diperburuk penyebaran Covid-19 dan perang di Ukraina.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

Direktur Eksekutif WFP David Beasley mengatakan selain merugikan yang termiskin dari yang paling miskin, krisis pangan global mengancam akan membanjiri jutaan keluarga yang baru bisa bertahan hidup. “Kondisi sekarang jauh lebih buruk daripada selama  Arab Spring pada 2011 dan krisis harga pangan 2007-2008, ketika 48 negara diguncang oleh kerusuhan politik, kerusuhan dan protes,” kata Beasley.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Beasley menyebut krisis pangan hanya puncak gunung es yang saat ini terjadi di Indonesia, Pakistan, Peru, dan Sri Lanka. Laporan tersebut menyerukan tindakan kemanusiaan yang mendesak untuk membantu titik pusat kelaparan, dengan kelaparan akut diperkirakan akan memburuk selama beberapa bulan ke depan.

ADVERTISEMENTS
Selamart Hari Buruh
Berita Lainnya:
Menparekraf Akui Masih Berjuang Atasi Tiket Transportasi yang Mahal

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu juga memperingatkan bahwa perang di Ukraina telah memperburuk harga pangan dan energi di seluruh dunia yang sudah terus meningkat. “Efeknya diperkirakan akan sangat akut di mana ketidakstabilan ekonomi dan kenaikan harga digabungkan dengan penurunan produksi pangan karena guncangan iklim seperti kekeringan atau banjir yang berulang,” kata pernyataan bersama kedua badan tersebut.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Daerah kritis pangan adalah Afrika Timur, karena kekeringan belum pernah terjadi sebelumnya melanda Somalia, Ethiopia, dan Kenya. Sementara Sudan Selatan telah menghadapi empat tahun berturut-turut banjir skala besar.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

Laporan tersebut mengutip dampak iklim serius lainnya seperti hujan di atas rata-rata dan risiko banjir lokal di Sahel, petak luas Afrika yang membentang di selatan Gurun Sahara. Kondisi ini juga mengutip musim badai yang lebih intens di Karibia dan curah hujan di bawah rata-rata di Afghanistan. Negara Asia itu sudah menderita melalui beberapa musim kekeringan, kekerasan dan pergolakan politik, termasuk setelah Taliban kembali berkuasa tahun lalu.

Berita Lainnya:
World Water Forum Bentuk Kemitraan Konservasi Air Global

Hasil dari pemantauan dua lembaga PBB ini menandai enam negara sebagai titik panas waspada tertinggi yang menghadapi kondisi bencana, yaitu Ethiopia, Nigeria, Sudan Selatan, Yaman, Afghanistan, dan Somalia. Dikatakan sebanyak 750 ribu orang menghadapi kelaparan dan kematian di negara-negara tersebut.

Dari jumlah itu, 400 ribu orang berada di wilayah Tigray yang diperangi di Ethiopia. Menurut kedua badan tersebut, itu menjadi jumlah tertinggi yang pernah tercatat di satu negara sejak kelaparan 2011 di Somalia.

Selain itu, Kongo, Haiti, wilayah Sahel, Sudan, dan Suriah tetap sangat memprihatinkan dan mencatat bahwa Kenya adalah negara baru ke dalam daftar itu. Sri Lanka, Benin, Cape Verde, Guinea, Ukraina dan Zimbabwe pun masuk dalam negara yang menjadi titik rawang pangan, sementara daerah-daerah yang menghadapi kelangkaan pangan yang berkelanjutan termasuk Angola, Lebanon, Madagaskar, dan Mozambik.


sumber : AP

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi